Thursday, October 25, 2012

PTK MATEMATIKA




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika mempunyai peran sangat penting dalam kehidupan, baik bagi pelajar, pegawai kantor, maupun masyarakat umum. Matematika digunakan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Para pelajar dapat menghitung isi dan berat, dapat menggunakan kalkulator dan komputer dengan bantuan matematika. Masyarakatpun dapat menggunakan matematika, misalnya dapat membuat catatan dengan angka-angka, dapat membaca persentase, dapat berdagang dan berbelanja. Sebagian orang kadang berfikir bahwa matematika hanya menyangkut perhitungan yang rumit,
perhitungan angka-angka yang membuat kepala pusing. Padahal berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari yang mereka alami sering menggunakan matematika, meskipun kadang tidak mereka sadari.
Untuk mewujudkan pembangunan nasional dibidang pendidikan perlu meningkatkan dan menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta kebutuhan pembangunan. Upaya penyempurnaan di bidang pendidikan telah dilaksanakan, hal ini ditandai dengan adanya penyempurnaan kurikulum, peningkatan kemampuan guru melalui penataran, pengadaan prasarana, alat dan media pengajaran, serta penilaian pendidikan.
Seperti diungkapkan Mendikbud bahwa nilai rata-rata matematika ditanah air sangat rendah untuk semua jenjang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika masih rendah dibandingkan mata pelajaran yang lain.
Pengetahuan mengenai matematika memberikan bahasa, proses, dan teori ilmu suatu bentuk dan kekuasaan yang akhirnya bahwa matematika merupakan salah satu kekuatan utama pembentukan konsepsi tentang alam, suatu hakikat dan tujuan manusia dalam kehidupannya. Berdasarkan kenyataan inilah matematika mempunyai potensi sangat besar dalam hal memacu terjadinya perkembangan secara cermat dan tepat.
Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Bahkan fenomena menunjukkan bahwa dalam proses belajar matematika sebagian besar siswa masih merasa cemas dan kesulitan. Meskipun demikian, siswa harus mempelajarinya karena matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika. Kecemasan yang dialami siswa dalam belajar matematika dapat mempengaruhi proses belajar matematika, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan atau nilainya rendah. Jika dikaitkan dengan peranan matematika tersebut diatas, sangatlah bertentangan, karena sudah seharusnya kalau matematika merupakan ilmu yang dicari dan disenangi siswa. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor diantaranya adalah proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar ada empat komponen penting yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa antara lain bahan belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, dan subjek belajar. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses belajar mengajar, melemahnya satu atau lebih komponentersebut, maka dapat menghambat tercapainya tujuan belajar yang optimal. Media dan sumber belajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu guru sebagai subjek harus dapat memilih media dan sumber belajar yang tepat sehingga bahan yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar. Mengajar tidak semata-mata berorientasi pada hasil, tetapi juga berorientasi pada proses, dengan harapan semakin tinggi pula hasil yang dicapai. Dengan demikian mengajar matematika adalah suatu proses untuk membimbing dan mengoptimalkan kemampuan siswa agar berfikir dan berbuat matematika. Upaya untuk mengoptimalkan siswa tersebut dapat dipacu dengan menggunakan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), dalam hal ini tidak terlepas dengan penggunaan media pendidikan yang diaplikasikan dalam proses belajar mengajar.
Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar, dewasa ini telah  berkembang dengan sangat pesat baik materi maupun kegunaannya. Simetri lipat merupakan salah satu materi dalam matapelajaran matematika yang dipelajari di Sekolah dasar.
Terdapat banyak alasan mengapa siswa perlu belajar matematika, diantaranya :
1.      Membentuk pola pikir yang logis
2.      Memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3.      Mengenal pola-pola hubungan
4.      Mengembangkan kreativitas siswa
5.      Meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Berdasarkan observasi di lapangan adanya temuan bahwa kedudukan dan fungsi guru dalam kegiatan pembelajaran saat ini cenderung masih dominan. Aktifitas guru  masih sangat besar dibandingkan dengan aktifitas siswa yang masih rendah kadarnya. Ketika proses belajara mengajar hendaknya terjalin hubungan yang sifatnya mendidik dan mengembangkan. Guru tidak hanya menyampaikan materi akan tetapi sebagai figur yang dapat merangsang perkembangan siswa. Sebagai mana yang tertuang dalam kurikulum 2006 (KTSP) mata pelajaran Matematika di SD/MI pembelajaran Matematika sebaiknya dilaksanakn secara Demontrasi untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran Matematika di SD menekankan pada pemberian pengalaman langsung melaui penggunaan dan pengambangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah, dalam hal ini seorang guru harus memiliki kompetensi yang cukup sebagai pengelola pembelajaran. Seorang guru yang memiliki kompetensi diharapkan akan lebih baik dan mampu menciptakan suasana dan lingkungan belajar efektif, sehingga hasil belajar siswa akan optimal.
Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana upaya guru menciptakan pembelajaran yang optimal dengan komunikasi multi arah, meningkatkan penguasaan konsep, meningkatkan pemecahan masalah dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan hal di atas metode mengajar yang digunakan oleh guru hendaknya sedemikian rupa bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dengan metode yang variatif inilah siswa akan bergairah dalam belajar secara inivatif dan kreatif. Metode mengajar yang digunakan guru dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran.
Pembelajaran Matematika pada pelaksanaannya haruslah diupayakan dalam kondisi pembelajaran yang kondusif dalam arti pembelajaran itu harus bersifat aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan. Maka dari itu peranan dan fungsi guru dalam pembelajaran dapat dicapai dengan optimal sebagaimana dikemukakan oleh Uzer Usman (2000 :31) bahwa: “belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman lansung atau pengalaman konkret dan meniju pada pengalaman yang lebih abstrak.
Galtondan Harlen (Yasbiati, 2005: 27) mengemukakan bahwa ”secara global dimensi yang hendak dicapai oleh serangkaian tujuan kurikuler pendidikan Matematika dalam kurikulum pendidikan dasar adalah mendidik anak agar memahami konsep sains, memiliki keterampilan ilmiah, dan religious. Keilmiahan dan tujuan pendidikan Matematika sebagaimana dipaparkan di atas sudah tentu tidak serta merta dapat dicapai oleh materi pelajaran Matematika, melainkan dengan melibatkan siswa kedalam kegiatan didalamnya. Dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran, siswa dilatih melakukan kegiatan yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam memperoleh ilmu pengetahuan untuk menemukan konsep-konsep serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep jika belajar menemukan sendiri dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran tersebut sehingga terjadi suasana belajar yang menyenangkan sebagaimana yang dikemukakan oleh Uzer Usman (2000 : 31) bahwa “Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan cepat membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya.”
Dengan demikian banyak hal yang bias siswa dapatkan melalui metode pengajaran inkuiri yang akan mengiringi siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih jauhnya dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajarMatematika, untuk itu penelitian ini diberi judul “ Meningkatkan Kemampuan Siswa dengan Metode Demonstrasi pada Materi Simetri Lipat di kelas 4 SD Negeri 2 Kota Subulussalam”.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun masalah yang diidentifikasi penulis dalam penelitian ini yaitu:
1.      Tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran Matematika pada materi cahaya sebelum menggunakan metode demonstrasi masih rendah.
2.      Siswa belum memahami proses pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode demonstrasi
3.      Pengaruh penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika terhadap hasil belajar siswa..
1.3 Rumusan Masalah
           Berdasarkan deskripsi identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimana pemahaman awal siswa terhadap materi simetri lipat sebelum guru menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika?
2.      Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi?
3.      Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah guru menerapkan metode demontrasi dalam pembelajaran Matematika?
1.4  Tujuan Penelitian
   Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.       Mengetahui pemahaman awal siswa terhadap materi simetri lipat sebelum guru menggunakan metode demontrasi dalam pembelajaran Matematika.
2.      Mengetahui bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi.
3.    Mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah guru menggunakan metode demontrasi dalam pembelajaran Matematika.
1.5   Manfaat Hasil Penelitian
            Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait, secara khusus manfaat penelitian ini yaitu:
1.      Bagi siswa
a.       Adanya kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal baru bagi dirinya didalam pembelajaran Matematika.
b.      Dapat menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.
c.       Dapat mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman nyata, memberikan dasar-dasar berpikir konkret sehingga mengurangi verbalisme, meningkatkan minat belajar dan meningkatkan hasil belajar.
2.      Bagi guru
a.       Untuk meningkatkan profesionalisme guru.
b.      Meningkatkan tingkat kepercayaan diri bagi seorang guru.
c.       Memberikan pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam merancang metode yang tepat dan menarik serta mempermudah proses pembelajaran melalui metode inkuiri.
3.      Bagi Sekolah
a.       Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah dalam pembelajaran Matematika.
b.      Dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan.
4.      Bagi Peneliti
 Memberikan gambaran yang jelas tentang efektifitas pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode demonstrasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

1.6              Tinjauan Teoritis
1.6.1        Penerapan Metode Demonstrasi
            Metode pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau teknik yang digunakan oleh guru dalam menggunakan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya:
1.      Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran (curriosity).
2.      Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
3.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
4.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu (sikap skeptis).
5.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (berinkuiri) terhadap suatu topic permasalahan.
6.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
7.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar mandiri (Independent study).
8.      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama(Cooperative learning).
Penggunaan metode dalam pembelajaran mutlak diperlukan. Metode pembelajaran artinya cara melakukan pembelajaran dengan menggunakan fakta dan konsep – konsep secara sistematis. Sedangkan yang dimaksud dengan metode mengajar adalah cara yang berisikan prosedur baku untuk melakukan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi kepada murid.
            Metode demonstrasi menurut Djamarah (2002:102) metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan sesuatu kegiatan, baik sebenarnya atau tiruan, dan sering disertai dengan penjelasan lisan. Penyajian materi dengan cara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang akan disajikan.
            Dengan metode demonstrasi murid dapat melihat secara langsung proses terhadap  yang baik dan sempurna. Dalam pembelajaran murid diharapkan dapat mengerti dan memperhatikan apa yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung.
Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal – hal yang berhubungan dengan proses mencari tahu atau menelusuri, membuat sesuatu, proses terjadi sesuatu, proses menyelesaikan dan mengerjakan sesuatu untuk menemukan apa yang dipelajari didapat dengan melakukan sebagaimana seperti yang diharapkan dalam mempelajari materi.
      Tujuan dari pelaksanaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar adalah suatu proses untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan atau proses terjadinya sesuatu konsep yang dipelajari pada materi yang sedang diajarkan. Mengajar dengan metode demonstrasi lebih terfokus pada pembelajaran yang bermakna. Ketika dilakukan demonstrasi murid melihat proses terjadinya sesuatu yang menjadi pengetahuan mendapatkan pemahaman yang sangat berharga karena melihat proses secara langsung, sehingga pembelajaran bermakna bagi murid. Metode pembelajaran memiliki dua cara pelaksanaan, kalau alat yang didemokan terbatas berarti yang dilakukan oleh guru saja, sedangkan murid hanya melihat prosesnya. Kalau alatnya cukup untuk digunakan setiap kelompok atau individu murid maka dapat dilakukan bersama- sama antara guru dan murid. Guru menampakkan proses atau model, murid yang melanjutkannya sendiri dengan kegiatan murid dalam belajar.
      Ciri khas metode demonstrasi adalah melakukan kegiatan belajar dengan menemukan atau menelusuri bagaimana cara memperoleh penyelesaian yang dijalankan dengan menggunakan alat – alat peraga yang berperan sebagai alat bantu dalam menyederhanakan konsep yang sulit dipahami oleh murid dan apabila suatu konsep sudah dilakukan proses penemuan penyelesaian untuk soal yang dibebankan kepada murid akan mengikuti proses sebagai pengalaman pada saat didemonstrasikan.
1.6.2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
      Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing. Adapun kelebihan metode demonstrasi antara lain :
1.      Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata – kata atau kalimat).
2.      Murid lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3.      Proses pengajaran menjadi lebih menarik.
4.      Murid dirangsang untuk mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
Kelemahan metode demonstrasi adalah :
1.      Metode ini memerlukan ketrampilan guru secara khusus, karena tanpa didukung dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif.
2.      Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan bauk.
3.      Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaannya matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang.
1.6.3. Langkah – Langkah Metode Demonstrasi
      Lebih lanjut menurut Djamarah (2002:102) langkah – langkah metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
1.      Persiapan
a.       Menyediakan alat – alat demonstrasi
b.      Meja demonstrasi
c.       Menciptakan kondisi belajar untuk peserta demonstrasi
2.      Melakukan demonstrasi dan mengajukan masalah kepada murid
a.       Menjelaskan cara mendemonstrasi sebagaimana prosedur yang dituntut dalam memahami konsep
b.      Ketika melakukan demonstrasi semua murid memperhatikan
c.       Berikan waktu yang cukup bagi murid agar dapat mencoba sendiri proses demonstrasi
d.      Berikan penjelasan yang singkat dan padat
e.       Setelah demonstrasi selesai kemudian diadakan tanya jawab
3.      Evaluasi
a.       Berikan kesempatan kepada murid untuk mendemonstrasikan sendiri
b.      Membuat kesimpulan dari hasil demonstrasi





























BAB II
METODE PENELITIAN
2.1.             Pendekatan dan Jenis Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang duduk di kelas IV (empat) Sekolah Dasar dengan jumlah siswa 18 orang dan guru kelas IV (Empat), serta proses pembelajaran di kelas IV (lima) SD Negeri 2 Kota Subulussalam sebagai objek penelitian. Tempat penelitian dilaksanakan pada SD Negeri 5 Kota Subulussalam. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena beberapa pertimbangan diantaranya:
1.      Peneliti bertugas di sekolah tersebut sehingga merasa bertanggung jawab secara moril untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika khususnya.
2.        Memiliki fasilitas yang cukup memadai untuk dijadikan lokasi penelitian, dalam hal ini penelitian metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika pada materi simetri lipat yang membutuhkan sarana dan fasilitas yang cukup guna pelaksanaan eksperimen.
Jangka waktu penelitian adalah selama 2 (dua) bulan yaitu April sampai dengan Mei. Waktu dari perencanaan sampai penulisan hasil laporan penelitian tersebut pada semester II TahunAjaran 2011/2012.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Siklus. Dalam model ini tindakan pembelajarannya dilakukan secara berdaur-ulang dan berkelanjutan (siklus spiral) sebagaimana dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Kasbollah,1998/1999: 14) meliputi tahapan tahapan: perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect). Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktik atau belum memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru (wardhani,2007:23). Dengan adanya pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara siklus tersebut diharapkan semakin lama akan semakin dapat meningkatkan perubahan dan perolehan hasil belajar siswa.
Variabel penelitian merupakan objek dalam penelitian yang dilakukan. Adapun variabel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.                 Variabel Input
-                     Siswa
            Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Subullussalam sebagai faktor penentu terlaksananya belajar mengajar efektif.
            Variabel ini diukur dengan tingkat pemahaman siswa, keaktifan siswa dan cara menanggapi pembelajaran.
-                     Guru
Guru adalah tenaga pengajar yang berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Terciptanya proses belajar mengajar yang efektif sangat ditentukan oleh guru sebagai tenaga pendidik.
Variabel ini diukur dengan potensi guru dalam memberikan materi ajar kepada siswa, tingkat pendidikan guru dan pengalaman yang dimiliki dalam mengajar.
-                      Pembelajaran Matematika
Simetri lipat merupakan materi ajar yang dipilih oleh peneliti sebagai bahan ajar untuk Penelitian Tindakan Kelas.
Variabel ini diukur dengan  sumber materi ajar yang digunakan, kegiatan praktikum dan diskusi.
2.                  Variabel Proses
-                       Implementasi Metode Demonstrasi
Implementasi metode demonstrasi merupakan metode yang menunjang peningkatan hasil belajar siswa.
Variabel ini diukur dengan tersedianya alat peraga, fasilitas penunjang yang digunakan, efisiensi proses belajar mengajar, dan kreativitas guru dalam memberikan materi ajar.         
3.                 Varibel Output
-                     Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa merupakan pengukur keberhasilan penerapan pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode demonstrasi.
Variabel ini diukur dengan nilai harian, nilai praktek, nilai ulangan dan nilai ujian semester.
2.2.            Kehadiran Peneliti
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2011. Penelitian ini dilakukan setiap hari jam kerja karena peneliti bertugas sebagai tenaga pengajar tetap pada SD Negeri 2 Subussalam. Pengambilan data dilakukan dengan cara mewawancarai siswa secara langsung selama penelitian.
2.3.            Data dan Sumber Data
Data penelitian diperoleh setelah melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Data-data tersebut dikumpulkan melalui beberapa teknik pengumpulan data diantaranya observasi, wawancara, angket dan tes hasil belajar Sumber data penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Subussalam Tahun ajaran 2011/2012 dan guru serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
2.4.            Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif.
Pengumpulan data secara kualitatif mengenai aktivitas guru dan siswa. Tujuannya untuk mencatat masalah yang terjadi pada saat tindakan yang kemudian akan menjadi refleksi sebagai tindak lanjut. Data Kualitatif pada penelitian ini diperoleh melalui:
1.                   Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat menentukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu.
Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi berlangsung. Aktifitas siswa yang diamati dengan menggunakan lembar observasi minat dan psikomotorik, sedangkan aktivitas guru berupa lembar observasi kelas untuk kegiatan guru.

2.                   Wawancara
Menurut Esterberg (Sugiono 2007: 72) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.
Dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak ditemukan melalui observasi.
Wawancara dilakukan terhadap siswa setelah proses tindakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pendapat mereka tentang kendala atau kesulitan serta motivasi belajar yang mereka dapat dari penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika pada materi simetri lipat. Selain itu wawancara juga dilakukan terhadap guru untuk mengumpulkan informasi tentang kebaikan dan kekurangan serta kendala yang ditemukan pada saat menggunakan metode demonstrasi.
3.                 Angket
Angket penelitian ini  digunakan untuk mengetahui nilai efektif (sikap) siswa terhadap pembelajaran dengan metode demonstrasi. Angket disebar dan diisi oleh siswa dengan pertanyaan yang berhubungan dengan kesan dan tanggapan siswa terhadap metode yang digunakan dalam pembelajaran Matematika pada materi simetri lipat dengan metode demonstrasi. Pengumpulan data secara kuantitatif diperoleh melalui tes penguasaan materi siswa yang berupa nilai siswa dalam setiap daur (siklus). Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh melalui:

1.                 Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar diperlukan untuk mengukur tingkat ketercapaian penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika pada materi simetri lipat, selainitu tes hasil belajar digunakan untuk mengukur pemahaman materi serta peningkatan hasil belajar siswa setelah tindakan dilakukan.
2.5.            Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif persentase. Data hasil penelitian yang dianalisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar individu, danketuntasan belajar klasikal. Selanjutnya hasil analisis data diperoleh baik kualitatif maupun kuantitatif . Hasil ini diinterpretasikan dan disimpulkan yang kemudian akan digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
1.                  Rata-rata kelas
͞͞͞



Untuk menghitung rata-rata kelas pada masing-masing siklus dipergunakan rumus:
                                                                                   
                                                                                   
(Sudjana,1989:109)
            Keterangan:
                      = Rata-rata kelas
            ∑X      = Jumlah seluruh skor
            N         = Banyak siswa          
2.         Ketuntasan belajar secara klasikal
Nilai Post Test diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas, kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar.
Ketuntasan secara klsikal dihitung dengan menggunakan rumus:
                                             Jumlah siswa yang mendapat nilai > 60
Ketuntasan klasikal =                                                               X 100%
                                       Jumlah siswa yang mengikuti
     

                                                                                                     (Mulyasa 2003 : 102)
2.6.             Pengecekan Keabsahan Data
Teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan triangulasi, member-check, audit trial, dan expert opinion.
a.       Triangulasi Data, yaitu teknik yang dilakukan untuk memeriksa keabsahan/kebenaran data dengan menggunakan sumber lain serta membandingkan kebenaran data yang diperoleh dari sumber lain yakni guru dan siswa. Teknik triangulasi data digunakan dalam rangka memperoleh kepercayaan data yang maksimal. Teknik ini digunakan melalui kegiatan reflektif kolaboratif antara guru dan peneliti. Selain itu dilakukan juga wawancara dengan siswa untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi siswa terhadap penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika. Hasil triangulasi kemudian dijabarkan melalui laporan naratif deskriptif.
b.      Member – Check, tekknik ini dilakukan untuk meninjau kembali kebenaran dan kesahihan penelitian dengan mengkonfirmasikan pada sumber data. Dalam kegiatan ini peneliti mengkonfirmasikan pada sumber data. Dalam kegiatan ini peneliti menginformasikan data temuan yang diperoleh baik kepada guru maupun siswa melalui kegiatan reflektif kolaboratif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan ini dijaring pula tanggapan, sanggahan atau informasi tambahan baik dari guru maupun siswa sehingga menghasilkan derajat validitas yang tinggi.
c.       Audit Trial, dilakukan dengan cara mendiskusikan kebenaran data beserta prosedur pengumpulannya dengan teman sejawat, pembimbing, atau peneliti senior guna memperoleh kritik, tanggapan dan masukan sehingga bisa mempertajam analisi serta validasi yang tinggi.
d.      Expert Opinion, teknik ini dilskuksn dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan peneliti kepada para ahli untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi temuan penelitian dapat dipertanggung jawabkan.

2.7.            Tahap-tahap Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri atas dua siklus kegiatan sebagai berikut.
SIKLUS 1
Tahap Perencanaan (Planning)
Berdasarkan observasi di lapangan bahwa kedudukan dan fungsi guru dalam kegiatan pembelajaran saat ini cenderung masih dominan. Aktivitas guru masih sangat besar dibandingkan dengan aktivitas siswa yang masih rendah kadarnya. Ketika proses belajar mengajar hendaknya terjalin hubungan yang sifatnya mendidik dan mengembangkan. Guru tidak hanya menyampaikan materi akan tetapi sebagai figur yang dapat merangsang perkembangan siswa. Ini berarti harus ada tindakan perbaikan agar terjadi perubahan sesuai tujuan yang diharapkan. Tindakan yang dilakukan sangat penting sebagai upaya peneliti dalam meninjau efektifitas tindakan yang telah dilakukan.
Kegiatan perencanaan diawali dengan merencanakan ide penelitian kemudian ditindak lanjuti dengan observasi pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Hal ini dilakukan sebagai pendahuluan yang tujuannya untuk mengidentifikasi masalah dan menemukan fakta yang terjadi di kelas. Langkah-langkah atau tindakan yang dilakukan perlu dilakukan secara rinci agar menjadi pegangan dalam melaksanakan tindakan.
Berdasarkan uraian diatas perencanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengadakan koordinasi dengan guru serta kepala sekolah SD Negeri 2 Subussalam mengenai masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian.
2. Membuat Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan oleh guru  sebagai peneliti mencakup kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa dalam proses pelaksanaan tindakan sesuai perencanaan.
3. Menyiapkan sarana dan fasilitas yang akan digunakan dalam proses tindakan di kelas.
4. Menentukan instrument yang akan digunakan dalam proses penelitian.
5. Menyiapkan lembar pedoman observasi terhadap hasil yang dicapai pada setiap tindakan.



Tahap Melakukan Tindakan (Action)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang  telah dirumuskan. Tujuan utama pada proses tindakan adalah mengupayakan adanya inovasi dalam proses pembelajaran yang diusahakan manfaatnya oleh peneliti dan para siswa.
Peneliti dalam hal ini guru, harus mampu membuat metodologi penelitian agar tidak mengganggu komitmen guru dalam mengajar sehingga penelitian tetap dapat dilakukan tanpa mengorbankan siswa dalam proses pembelajaran. Tambahan guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai nuansa professional yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang dikelolanya (Wardhani, 2007 : 2.13) .
Berdasarkan uraian diatas tindakan dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:
1.  Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan
2.  Menerapkan model pembelajaran sistem KTSP
3.  Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuairencana
4.   Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yangdilaksanakan
5.  Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan



Tahap Mengamati (observasi)
Kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yaitu instrument-instrumen yang telah ditentukan sebelumnya dalam perencanaan. Hal ini dilakukan untuk melihat hasil atau dampak dari tindakan  yang dilaksanakan. Hasil observasi merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan refleksi dan revisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya yang diharapkan lebih baik dari tindakan yang telah dilakukan.
Observasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Melakukan diskusi dengan guru SD dan kepala Sekolah untuk rencana observasi.
2.  Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran metode inkuiri yang dilakukan guru kelas IV ( Empat).
3.  Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran inkuiri.
4.  Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelamahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

Tahap refleksi (Reflection)
Dengan bantuan hasil analisis data yang diperoleh, peneliti mencoba merenungkan kembali pelaksanaan tindakan yang telah tercatat melalui observasi. Melalui refleksi peneliti akan dapat menentukan apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran selanjutnya.
Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi, dan penjelasan terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan tahap yang paling penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil yang terjadi akibat adanya tindakan yang dilakukan.
Langkah – langkah yang dapat dilakukan pada tahap refleksi yaitu:
1.    Menganalisis temuan saat melakukan pelaksanaan observasi.
2.    Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran metode demonstrasi dengan kerja kelompok dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.
3.    Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran metode demonstrasi dengan kerja kelompok.
4. Melakukan refleksi terhada kreativitas siswa dalam pembelajaran Matematika.
5.  Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.

SIKLUS II
Tahap Siklus II meliputi:
Tahap Perencanaan (Planning)
1. Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya
2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran
3. Merancang perbaikan II berdasarkan refleksi siklus I


Tahap Melakukan Tindakan (Action)
1.   Melakukan analisis pemecahan masalah.
2.   Melaksanakan tindakan perbaikan II dengan memaksimalkan penerapan model pembelajaran metode demonstrasi.
Tahap Mengamati (observation)
1.  Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran metode demonstrasi.
2. Mencatat perubahan yang terjadi.
3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan.
Tahap Refleksi (Reflection)
1.    Merefleksi proses pembelajaran metode demonstrasi.
2.    Merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran metode demonstrasi.
3.    Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.
4.    Rekomendasi.
Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah
1) Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran Matematika.
2) Guru memiliki kemampuan, merancang dan menerapkan model pembelajaran metode demonstrasi khusus pada mata pelajaran Matematika.
3) Terjadi peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran Matematika

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

            Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan dari pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II, tiap siklus dengan alokasi waktu sebanyak 2 x 35 menit. Sebelum dilaksanakan kegiatan tindakan dimaksud, telah diawali dengan melakukan kegiatan observasi pendahuluan (pra tindakan) dengan maksud untuk memperoleh gambaran dan mengidentifikasi permasalahan siswa berkenaan dengan pembelajaran Matematika pada konsep cahaya kelas IV SD Negeri 2 Subussalam dari pelaksaan pembelajaraan sebelumnya. Selain itu memberi tahu siswa bahwa kegiatan belajar mengajar pembelajaran Matematika pada konsep cahaya untuk pertemuan berikutnya akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan konstektual untuk meningkatkan kompetensi dasar dalam pembelajaran Matematika pada materi simetri lipat sesuai dengan metode demonstrasi.
           Sehubungan hal tersebut, maka bab ini mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksaan tindakan yang telah dilakukan peneliti dengan melibatkan seorang observer pendamping. Adapun ruang lingkup hasil penelitian dan pembahasan dimaksud, yaitu (a). Paparan Data Sebelum Tindakan, (b). Paparan Data Tindakan, yang meliputi tindakan siklus I dan tindakan siklus II dan (c). Evaluasi Hasil Tindakan.


3.1           Hasil Penelitian
3.1.1     Paparan Data Sebelum Tindakan
Sebagaimana diuraikan diatas, sebelum dilaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti melakukan kegiatan observasi pendahuluan (pra tindakan) pada tanggal 13 April 20011 dengan maksud untuk memperoleh gambaran dan mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa berkenaan dengan pelajaran Matematika pada konsep simetri lipat dengan metode demonstrasi kelas IV SD Negeri 2 Subussalam yang diberikan guru pada pertemuan pelajaran sebelumnya.
Kegiatan awal penelitian yaitu melakukan observasi terhadap proses pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 2 Subussalam yang menjadi objek penelitian. Observasi pertama dilakukan pada akhir bulan April.
Alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar berkaitan dengan materi pelajaran ini adalah 70 menit, meliputi kegiatan awal/pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan pengayaan/akhir pembelajaran.
Proses pembelajaran pada kegiatan inti diantaranya, guru sebagai objek penelitian menyuruh siswa membaca buku belajar, kemudian siswa disuruh mendengarkan penjelasan dari guru. Setelah penjelasan selesai, guru menulis rangkuman materi simetri lipat pada papan tulis sebagai catatan untuk siswa. Pada akhir kegiatan guru memberikan soal sebagai latihan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dijelaskan. Kemudian siswa diberikan pekerjaan rumah.
Dari langkah-langkah pembelajaran yang tersebut di atas dapat terlihat masih adanya dominasi guru dalam kegiatan belajar di kelas, dan siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berfikirnya. Hasil belajar dari kondisi awal pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 2 Subussalam dapat terlihat dari table berikut ini:
Tabel 3.1
Nilai Hasil Belajar Siswa Pra Tindakan
No
Nama
Nilai
No
Nama
Nilai
1
Ajirna Manik
65
10
Khairuna
40
2
Al Ajimi
50
11
M. Akbar
80
3
Alayya
60
12
Nuraini
75
4
Al Wija
85
13
Riza Syukran
40
5
Dian Irsyandi
50
14
Rohana
75
6
Fahmiansyah
45
15
Safrianti
40
7
Fatmawati
55
16
Sahidul Arfani
80
8
Gustiani
45
17
Yeni Sarnija
50
9
Hilda Yanti
50
18.
Yusrina Adewati
50










Jumlah
985




Rata - rata
54,72

 Berdasarkan tabel diatas hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Subussalam sebelum menggunakan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran kurang baik. Hal tersebut dapat terlihat dari kemampuan rata-rata kelas yang hanya mencapai 54,72. Jumlah siswa yang masih mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 11 orang, 4 orang dengan nilai cukup baik dan hanya 3 orang mendapat nilai baik diatas rata-rata KKM.
Gambaran tabel diatas menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran Matematika di SD Negeri 2 Subussalam tidak memberikan pengalaman langsung terhadap siswa akan materi Matematika khususnya pada materi simetri lipat. Terlebih jika dikaitkan dengan tujuan kurikulum KTSP pada mata pelajaran Matematika yaitu berhubungan dengan cara mencari tahu secara sistematis, sehingga Matematika bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Matematika diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi-kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Matematika diarahkan secara demonstrasi sehingga dapat membatu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang sebuah konsep.
Maka atas dasar itulah perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap metode pembelajaran yang digunakan oleh guru demi mencapai perubahan yang diinginkan.

Analisis dan refleksi terhadap gambaran awal pembelajaran
-       Analisis
Hasil observasi di lapangan didapatkan temuan-temuan seperti berikut :
1.    Pada awal pembelajaran pra siklus guru memasuki ruangan kelas, kemudian mengabsen siswa.
2.    Proses pembelajaran dilaksanakan tanpa mengadakan apersepsi sebagai media rangsang bagi siswa terhadap materi yang akan diberikan.
3.    Kegiatan inti pembelajaran yaitu guru menjelaskan materi simetri lipat kemudian menulis soal-soal latihan.
4.    Murid diberikan rangkuman materi untuk dicatat pada buku tulis.
5.    Siswa diberikan tes akhir berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi simetri lipat.
6.    Kegiatan akhir guru memberikan tugas pekerjaan rumah pada siswa.
-       Refleksi
Dari beberapa di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru SD Negeri 2 Subussalam kelas IV khususnya pada pokok bahasan simetri lipat belum memberikan pengalaman langsung atau eksperimen melalui metode demonstrasi yang akan memberikan keleluasaan pada murid untuk dengan sendirinya menemukan konsep-konsep suatu materi dalam hal ini konsep sifat-sifat bangun ruang yang memiliki sumbu simetri lipat.
Maka dari itu penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan adalah penelitian penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika pada pokok bahasan simetri lipat.





3.1.2.      Paparan Data Tindakan
A.                Siklus I
-                     Perencanaan
1.    Perencanaan diawali dengan menyusun rencana pembelajaran pokok bahasan simetri lipat yang berpedoman pada kompetensi dasar kurikulum (KTSP 2006).
2.    Melakukan koordinasi dengan teman sejawat sehubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan.
3.    Menyiapkan ruang kelas serta alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Penyusunan RPP menggunakan alokasi waktu 2 jam pelajaran yaitu 70 menit dengan prosentase pembagian waktu sebagai berikut:
Tabel 3.2
Rincian Pembagian Waktu Pembelajaran Matematika
No
Jenis Kegiatan
Waktu
Prosentase (%)
1.
2.






3.
Kegiatan Awal
Kegiatan inti
a.   Menjelaskan Langkah
Kegiatan
b.   Melakukan Percobaan
c.   Mengerjakan LKS
d.  Melakukan Tanya Jawab

Kegiatan Akhir
5 Menit
50 Menit






15 Menit
7,15
71,42






21,43

Jumlah
70 Menit
100



-             Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
1.                  Kegiatan awal
Pada pelaksanaan tindakan pertama materi yang dibahas adalah “simetri lipat pada bangun datar”. Guru melakukan proses pembelajaran dengan apersepsi terhadap materi simetri lipat pada berbagai jenis bangun datar, adapun kegiatan apersepsi pada pembelajaran sebagai berikut:
Guru        : “ Anak-anak coba perhatikan ibu di depan! “
Siswa       : “memangnya ibu mau ngapain?”
Guru        : “ ibu akan menggambar berbagai macam bangun datar, apa kalian tahu salah satu contoh bangun datar itu apa namanya?”
Siswa       : “tau bu, persegi panjang..”

Setelah itu guru menghubungkan persegi panjang dengan penjelasan materi simetri lipat.
2.                  Kegiatan inti
Pada awal proses kegiatan inti, guru mengelompokkan siswa dengan jumlah 18 orang orang menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Kemudian masing perwakilan kelompok mengambil benda yang ada di meja guru. Sebagai proses penemuan setiap siswa diberi kesempatan menggunakan alat-alat peraga sebagai media eksperimen. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan penemuan. Sebelumnya guru membagikan lembar kerja siswa untuk diisi berdasarkan hasil penelitian.
Proses demonstrasi pada tahap awal adalah siswa membaca LKS yang diterima dari guru. Kemudian siswa mulai mengerjakan langkah-langkah menemukan sifat simetri lipat pada bangun datar. Selama proses demonstrasi, guru berkeliling memberikan bimbingan pada setiap kelompok. Kadang kala guru memberikan penjelasan karena siswa masih belum total melakukan proses seperti yang telah dicontohkan dalam demonstrasi yang dilakukan guru tadi.
3.                  Kegiatan akhir
Siswa secara bergilir melaporkan hasil temuan mereka di depan kelas. Dan pada akhir kegiatan guru mengajukan pertanyaan sebagai acuan mereka menemukan kesimpulan atas materi pelajaran dan guru memberikan beberapa soal latihan mengenai simetri lipat secara individu. Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil pekerjaan mereka kemudian guru menilainya.
Hasil observasi dari tindakan pertama terhadap guru sesuai dengan perencaaan dapat terlihat dari table berikut:
Tabel 3.3
Hasil Pengamatan Terhadap Guru pada Siklus I
Segi Tingkah Laku yang Diamati
Hasil Pengamatan
Keterangan
Baik
Cukup
Kurang
1.   Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


ü   

2.   Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
ü   



3.   Menggunakan metode demonstrasi dalam proses  pembelajaran

ü   


4.   Menggunakan alat peraga dalam pembelajaran

ü   


5.   Menjelaskan langkah-langkah tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
ü   



6.   Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan demonstrasi

ü   


7.   Membimbing kelompok/ individual
ü   



8.   Memeberi pertanyaan yang mengarah pada pemecahan masalah

ü   


9.   Memberikan penguatan pada siswa
ü   



10.  Membimbing siswa membuat kesimpulan tentang materi yang diajarkan

ü   


Dari data yang dihasilkan melalui tabel di atas aktivitas guru dalam pembelajaran sudah cukup baik, tetapi ada komponen-komponen yang harus diterapkan dalam pembuatan RPP yang sering terabaikan, seperti menyusun kegiatan inti dan pemberian tes pada akhir pembelajaran belum tertata dengan benar. Kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru.
Tindakan pertama pada siklus I yang dilakukan disertai dengan pemberian postest ini yaitu, untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan serta mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa dalam aspek pemahaman sifat-sifat simetri lipat dengan menggunakan pendekatan demonstrasi. Hasil postest dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.4
Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I
No
Nama
Nilai
No
Nama
Nilai
1
Ajirna Manik
75
10
Khairuna
50
2
Al Ajimi
55
11
M. Akbar
85
3
Alayya
60
12
Nuraini
55
4
Al Wija
75
13
Riza Syukran
50
5
Dian Irsyandi
50
14
Rohana
65
6
Fahmiansyaf
50
15
Safrianti
50
7
Fatmawati
65
16
Sahidul Arfani
80
8
Gustiani
55
17
Yeni Sarnija
70
9
Hilda Yanti
50
18
Yusrina Adewati
50










Jumlah
1.090




Rata - Rata
60,55
Sumber : hasil penelitian lapangan ( 2012)

Keterangan :
Batas lulus ( Sesuai dengan penetapan KKM) adalah 60
Dari tabel 3.4 daftar nilai hasil belajar pada siklus pertama dapat terlihat bahwa siswa yang dianggap berhasil memperoleh nilai > 60 sebanyak 8 orang dengan prosentase 44,44%, sedangkan yang mendapat nilai di bawah 60 sebanyak 10 orang dengan prosentase 55,56%.
Selain tes hasil belajar, penelitian dilakukan pula pada aspek kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk melihat hasil penelitian aktivitas siswa dapat dijabarkan pada tabel berikut:





Tabel 3.5
Penilaian Kegiatan Siswa
No
Nama Siswa
Aspek Observasi
Keterangan
Keaktifan
Ketelitian
Tanggung
Jawab
1
Ajirna Manik
B
K
C

2
Al Ajimi
K
K
C

3
Alayya
C
K
C
B = Baik
4
Al Wija
B
C
B

5
Dian Irsyandi
B
B
K
C = Cukup
6
Fahmiansyah
K
K
C

7
Fatmawati
B
K
K
K = Kurang
8
Gustiani
K
C
K

9
Hildayanti
K
B
C

10
Khairuna
K
K
C

11
M. Akbar
B
B
B

12
Nuraini
B
C
B

13
Riza Syukran
C
K
K

14
Rohana
B
C
K

15
Safrianti
K
K
C

16
Sahidul Arfani
B
C
B

17
Yeni Sarnija
C
K
B

18
Yusrina Adewati
B
K
C








Jumlah B
9
3
5


Jumlah K
6
10
5


Jumlah C
3
5
8

Sumber : Hasil penelitian lapangan ( 2012 )
Berdasarkan tabel di atas, pada siklus I aktivitas siswa pada tahap proses pembelajaran berlangsung masih belum terlalu baik, hal tersebut dapat terlihat dari prosentase keaktifan siswa yang hanya mencapai 50% yang tergolong baik, hanya 9 dari 18 siswa yang aktif menyumbangkan pendapat dan sering mengajukan pertanyaan. Sedangkan yang lainnya masih terbilang kurang atau bisa dikatakan hanya menjadi pendengar saja.

-                     Analisis dan Refleksi
1.                  Analisis
Dari hasil pangamatan terhadap penerapan metode demonstrasi pada siklus I, strategi guru dalam penggunaan metode pembelajaran belum sepenuhnya berorientasi pada konsep penggambaran yang benar. Ketika siswa melakukan percobaan, guru sering memberikan penjelasan yang mengarah pada pemberitahuan konsep yang seharusnya dicari sendiri oleh siswa, sehingga guru terlihat lebih mendominasi dan lebih aktif dalam proses pembelajaran.
2.                  Refleksi
Pertama, dalam proses pembelajaran guru belum sepenuhnya mengacu pada RPP yang telah dibuat sehingga masih terdapat poin-poin kegiatan yang tidak dilaksanakan sesuai perencaan.
Kedua, Penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran Matematika pada pokok bahasan simetri lipat belum dilaksanakan secara maksimal sesuai dengan perencanaan. Dalam proses pembelajaran guru masih memanjakan siswa dengan penjelasan materi yang seharusnya ditemukan sendiri oleh siswa.
Ketiga, siswa terlihat antusias dan sangat bersemangat dalam belajar, artinya pembelajaran sudah mulai berpusat kepada siswa, namun dalam kondisi tersebut masih banyak siswa yang tidak mengerti makna pembelajaran  yang sedang berlangsung.
Keempat, guru masih dihadapkan pada masalah koordinasi antara kelompok agar mereka saling bekerjasama karna siswa selalu berebut menggunakan alat peraga dalam pelaksaan demonstrasi.
Kelima, proses pembelajaran lebih interaktif dibandingkan sebelum menggunakn metode demonstrasi. Guru dan siswa mulai aktif  berkomunikasi multi arah mengemukakan pendapat dan pertanyaan mengenai materi pelajaran.
Berdasarkan refleksi dari kegiatan pada siklus I masih banyak kekurangan serta kelemahan yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung, maka dari itu harus dibuat perencaan kegiatan berikutnya pada siklus II. Perencanaan diantaranya adalah perbaikan rencana pelaksanaan pembelajarn yang lebih rinci dan berfokus pada siswa dengan menyusun kegiatan yang lebih bermakna pada saat proses pembelajaran berlangsung.



B.            Siklus II
-       Perencanaan
Pada siklus II perencanaan ulang dibuat setelah melakukan analisis dan refleksi terhadap siklus I. Pada siklus II perencanaan dibuat dengan mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pokok bahasan dalam siklus II ini adalah mengenai macam – macam bangun datar yang memiliki simetri lipat. Perencanaan dimulai dengan membuat RPP yang lebih matang, kemudian dikonsultasikan dengan teman sejawat. Kemudian guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
Perencanaan juga dilengkapi dengan pembuatan LKS, lembar observasi guru dan siswa serta alat penilaian akhir.
Tabel 3.6
Rincian Pembagian Waktu Pembelajaran Matematika
No
Jenis Kegiatan
Waktu
Prosentase (%)
1.
2.




3.
Kegiatan Awal
Kegiatan inti
a.Menjelaskan Langkah Kegiatan b.Melakukan Percobaan
c.Mengerjakan LKS
d.Melakukan Tanya Jawab
Kegiatan Akhir

5 Menit
50 Menit





15 Menit

7,15
71,42





21,43

Jumlah
70 Menit
100
Sumber : Hasil penelitian lapangan ( 2012 )
-                     Observasi
1.                  Kegiatan Awal
Guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan simetri lipat yang sudah siswa ketahui sebelumnya.
Setelah tanya jawab tentang materi yang dibahas minggu sebelumnya, guru menghubungkannya dengan materi yang sudah dibahas.
2.                  Kegiatan Inti
Kegiatan inti dimulai dengan menyuruh siswa kembali berkumpul dengan masing-masing kelompoknya. Selanjutnya guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok. Siswa juga disuruh mengambil benda-benda yang dibutuhkan untuk kegiatan demonstrasi. Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dikerjakan dengan susunan yang sesuai. Siswa aktif bekerja dengan masing-masing kelompoknya.
Pada saat siswa melakukan demonstrasi sendiri, guru mengisi formulir observasi aktivitas siswa untuk menilai proses kerja siswa dengan berkeliling ke setiap kelompok. Hal tersebut dapat pula meningkatkan motivasi siswa.
Soal-soal dalam LKS pada siklus II berupa pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan daya nalar siswa. Untuk menemukan konsep jawaban siswa harus mengumpulkan informasi dari hipotesis yang menjadi jawaban sementara. Siswa dengan teliti mencari tahu dan menemukan bagun datar apa saja yang memiliki simetri lipat.
3.                  Kegiatan Akhir
Setelah kegiatan ini selesai, guru menyuruh siswa melaporkan hasil percobaan secara bergilir. Pada kegiatan akhir kali ini guru memilih siswa terbaik dalam mengemukakan pendapat serta penyampaian laporan.
Di akhir pembelajaran guru dan siswa merumuskan kesimpulan yang berasal dari tanya jawab sebelumnya. Kemudian guru memberikan soal-soal latihan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.
Hasil observasi terhadap penampilan guru dalam proses pembelajaran pada siklus II ini dapat terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7
Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus II
Segi Tingkah Laku yang Diamati
Hasil Pengamatan
Keterangan
Baik
Cukup
Kurang
1.      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
ü   



2. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
ü   



3.   Menggunakan metode inkuiri dalam proses  pembelajaran
ü   



4.   Menggunakan alat peraga dalam  pembelajaran
ü   



5.   Menjelaskan langkah-langkah tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
ü   



6.   Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan inkuiri melalui eksperiman
ü   



7.   Membimbing kelompok/ individual
ü   



8.   Memberi pertanyaan yang mengarah pada pemecahan masalah
ü   



9.   Memberikan penguatan pada siswa
ü   



10.  Membimbing siswa membuat kesimpulan tentang materi yang diajarkan
ü   



Sumber : Hasil penelitian lapangan ( 2012 )
            Berdasarkan tabel di atas, aktivitas guru dalam penerapan metode demonstrasi sudah sangat baik dan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan.
            Selain aktivitas guru, yang menjadi sasaran penelitian adalah hasil belajar siswa. Pada siklus II ini hasil belajar siswa menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.8
Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II
No
Nama
Nilai
No
Nama
Nilai
1
Ajirna Manik
100
10
Khairuna
65
2
Al Ajimi
65
11
M. Akbar
100
3
Alayya
80
12
Nuraini
90
4
Al Wija
100
13
Riza Syukran
80
5
Dian Irsyandi
90
14
Rohana
90
6
Fahmiansyah
60
15
Safrianti
60
7
Fatmawati
85
16
Sahidul Arfani
100
8
Gustiani
75
17
Yeni Sarnija
75
9
Hilda Yanti
80
18
Yusrina Adewati
80






















Jumlah
1.475




Rata-rata
81,94
Sumber : Hasil penelitian lapangan ( 2012 )
Dari tabel daftar nilai tes pada siklus II diatas dapat terlihat adanya peningkatan yang cukup signifikan. Siswa yang dianggap berhasil memperoleh nilai > 70 sebanyak 14 orang dengan prosentase 77,78%, sedangkan hanya 4 orang yang mendapat nilai dibawah < 70 dengan prosentase 22,22%. Nilai rata-rata yang diperoleh dari siklus II adalah 81,94.
            Hasil belajar yang baik yang tergambar pada siklus II adalah hasil respon siswa terhadap metode demonstrasi yang diterapkan khususnya pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan simetri lipat. Respon baik siswa terhadap pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut :
Tabel 3.9
Penilaian Kegiatan Siswa
No
Nama Siswa
Aspek Observasi
Keterangan
Keaktifan
Ketelitian
Tanggung
Jawab
1
Ajirna Manik
B
B
B

2
Al Ajimi
B
B
B

3
Alayya
C
B
B
B = Baik
4
Al Wija
B
B
B

5
Dian Irsyandi
B
B
B
C = Cukup
6
Fahmiansyah
B
C
C

7
Fatmawati
B
B
B
K = Kurang
8
Gustiani
C
C
B

9
Hilda Yanti
B
B
C

10
Khairuna
C
C
B

11
M. Akbar
B
B
B

12
Nuraini
B
B
B

13
Riza Syukran
B
C
B

14
Rohana
B
B
B

15
Safrianti
C
C
C

16
Sahidul Arfani
B
B
B

17
Yeni Sarnija
C
C
B

18
Yusrina Adewati
C
B
B








Jumlah B
12
12
15


Jumlah C
6
6
3


Jumlah K
-
-


Sumber : Hasil penelitian lapangan ( 2012 )

Dengan menyimak data dari tabel di atas, pada siklus ke II tingkat keaktifan siswa meningkat dibanding siklus sebelumnya. Pada siklus ke II, siswa yang aktif dalam proses belajar mencapai 66,67%, hal tersebut menunjukkan tingkat keaktifan siswa meningkat tajam.

-                     Analisis dan Refleksi
1.                  Analisis
Pada siklus ke II terlihat banyak peningkatan hasil belajar. Hal tersebut dapat terlihat dari perolehan nilai postest baik individu maupun rata-rata kelas yang cukup memuaskan. Hal tersebut menunjukkan kinerja guru dalam proses pembelajaran sudah cukup baik. Selain itu proses proses pembelajaran di kelas sudah mulai terlihat kondusif. Siswa pun sangat bersemangat mengikuti pelajaran. Mereka aktif melakukan percobaan mencari dan menemukan sendiri konsep dalam simetri lipat pada pelajaran Matematika.
2.                  Refleksi
Pada siklus II ini terlihat banyak sekali peningkatan hasil belajar. Keaktifan siswa serta kinerja guru dalam mengajarpun mengalami perubahan yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran Matematika khususnya pokok bahasan simetri lipat sangat efisien dan efektif guna meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari data yang dihasilkan pada siklus II diperoleh temuan-temuan sebagai berikut:
1.      Metode demonstrasi dapat diterapkan pada pembelajaran Matematika pokok bahasan simetri lipat dengan alur kegiatan yang berpusat pada siswa.
2.      Penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran Matematika pada pokok bahasan simetri lipat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Dengan bimbingan guru siswa melakukan penemuan sendiri konsep simetri lipat pada bangun datar.
3.      Siswa terlihat menyukai metode pembelajaran demonstrasi yang mendorong mereka aktif mencari dan menemukan konsep materi pelajaran dengan melakukan percobaan-percobaan.
4.      Munculnya rasa kebersamaan dan kekeluargaan dalam proses pembelajaran.
5.      Dengan metode yang variatif hasil yang dicapai lebih maksimal dari nilai yang diperoleh siswa menunjukkan adanya perubahan makna pembelajaran dari hanya sekedar mendengarkan, menghafal, dan mengerjakan soal-soal menjadi proses pembelajaran yang lebih bermakna yang akan melekat lebih lama pada diri siswa.
Instrumen penelitian juga dilengkapi dengan melakukan wawancara terhadap siswa dan guru guna melihat seberapa besar respon mereka terhadap penerapan metode pembelajaran demonstrasi yang dilakukan di kelas IV SD pada pokok bahasan simetri lipat. Hasil wawancara yang dilakukan pada siswa setelah pembelajaran menggunakan metode demonstrasi menunjukkan respon positif. Menurut siswa yang menjadi responden, melakukan eksperimen dalam kegiatan pembelajaran adahalah yang menyenangkan. Bereksperimen dalam melakukan demonstrasi mudah tapi harus di kerjakan dengan sungguh-sungguh.
Wawancara juga dilakukan terhadap guru kelas IV hasil wawancara terlihat adanya kepuasan mengajar menggunakan metode demonstrasi. Siswa memang seharusnya terbiasa melakukan percobaan sendiri untuk menemukan konsep ilmu pengetahuan terutama dalam mata pelajaran Matematika.

3.2.               Pembahasan dan Temuan penelitian
Berdasarkan data dari tabel di atas terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Perolehan nilai dari pra siklus adalah 54,72 ini menunjukkan bahwa prestasi hasil belajar siswa sebelum menggunakan metode demonstrasi dapat dikategorikan rendah atau kurang karena berada dibawah rata-rata nilai KKM.
Dengan perencanaan serta tindakan yang dirancang sedemikian rupa pada siklus I hasil belajar yang diperoleh cukup baik melebihi batas nilai KKM dengan nilai rata-rata kelas 60,55 hasil belajar tersebut terus ditingkatkan dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada saat tindakan dilakukan melalui refleksi. Hasil yang diperoleh pada siklus II cukup memuaskan dengan nilai rata-rata 81,94. Maka dapat disimpukan bahwa dengan penerapan metode belajar yang variatif, efektif dan efisien pembelajarn Matematika di SD dapat mencapai nilai yang memuaskan. Penerapan metode demonstrasi dianggap sangat efisien dalam pembelajaran Matematika khususnya pokok bahasan simetri lipat.

















BAB IV
PENUTUP

4.1.            Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama kurang lebih 2 bulan dengan menggunakan 2 siklus PTK sehubungan dengan penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika di SD pokok bahasan simetri lipat, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, yaitu:
1.      Sebelum menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika di SD, hasil belajar yang diperoleh siswa kurang baik, masih dibawah rata-rata KKM. Hal tersebut disebabkan karena guru hanya menggunakan metode ceramah yang hanya menerangkan materi, kemudian siswa diperintahkan untuk menghafal catatan yang diberikan oleh guru tanpa adanya interaksi ataupun percobaan untuk mencari sendiri konsep-konsep tentang ilmu Matematika yang akan membuat siswa lebih termotivasi dan pembelajaran lebih bermakna.
2.      Proses pembelajaran Matematika ketika menggunakan metode demonstrasi lebih menunjukkan suasana belajar yang kondusif. Hal tersebut dapat terlihat pada aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang lebih terfokus pada siswa dalam mencari konsep-konsep materi, sehingga mereka lebih aktif dalam belajar. Dalam kondisi ini guru berperan sebagai pembimbing, fasilitator serta motivator saja. Guru membimbing siswa dalam mencari dan menyimpulkan materi.
3.      Hasil belajar siswa setelah menggunakan metode demonstrasi mengalami kemajuan serta meningkat cukup baik. Khususnya pada pokok bahasan cahaya, siswa lebih termotivasi untuk belajar lebih baik dan aktif serta komunikatif baik dengan guru maupun teman sendiri.
4.      Tanggapan siswa terhadap penerapan metode demonstrasi cukup baik. Mereka menjadi termotivasi melakukan percobaan untuk menemukan konsep-konsep ilmu pengetahuan sehingga bermanfaat bagi mereka guna meningkatkan daya kreatifitas dalam meningkatkan gagasan dan ide-ide baru dalam konteks lebih luas.
4.2.      Saran
                  Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah mengguanakan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika di SD pada pokok bahasan cahaya cukup baik. Oleh karena itu metode tersebut dirasakan sangat efektif bagi guru dalam meningkatkan tingkat profesionalismenya dalam bekerja. Saran dari penelitian ini diantaranya:
1.      Bagi guru yang ingin mengguanakan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran harus mampu mencerna latar belakang kemampuan intelektual siswa dan kondisi sekolah.
2.      Guru harus mampu mengkoordinir dan mengefektifkan alat-alat sebagai media pembelajaran yang diperlukan dalam proses percobaan atau eksperimen.
3.      Guru harus membuat rencana pembelajaran dengan memberikan pengalaman belajar langsung pada siswa melalui percobaan.
4.      Guru harus mampu mengatur waktu seefisien mungkin pada saat demonstrasi dilakukan, sehingga siswa tidak banyak membuang waktu untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan pembelajaran.
5.      Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memacu tenaga pendidik untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik. Penelitian dapat digunakan pada waktu dan tempat yang berbeda demi memaksimalkan hasil penelitian.



















DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Ali, M. (2004). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
          Algensindo.

Awangga, S. (2007). Proposal Penelitian.Yogyakarta : Pyramid Publisher.
Daryanto. (1997). Kamus Bahasa Indonesia Lengkap.Surabaya : PT. Apollo.
Dimyati dan Mudjiono. (1992). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Proyek
          Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Depdikbud.

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana.
Hamalik, Oemar (2005). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Hatimah, at al (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung : UPI Press
Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan
         dan Kebudayaaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Bagian
         Proyek Penataran Guru SLTP Setara D III.
Koes H, Supriyono. (2003). Strategi Pembelajaran Fisika. Bandung : JICA
Mudjito.(1998). Manajemen Sekolah Dasar. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan
         Implementasi.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Nasution, N.et.al. (2005). Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
                 . (2007) Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Pusat Kurikulum-Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas. (2006).
         Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran IPA di SD. Jakarta :
         Depdikbud.
Sujana, N. Dkk. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru
          Agensindo.
Sumantri, M.dan Syaodih, N (2006/2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
         Universitas Terbuka.

Surya, M. (1992). Psikologi Pendidikan. Bandung : CV. Idola Of  Indonesia.
Suryosubroto, B.(1996). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka
          Cipta.
                  . (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Syaodih, N. (2004). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Pusat Perbukuan
          Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Rineka Cipta.
UPI.(2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Press.
Usman, Uzer. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung :
          PT.Remaja Rosda Karya.
                  . (2000). Menjadi Guru Profesional. (edisi kedua). Bandung : PT. Remaja
           Rosda Karya.
Wahyudin, D, dkk. (2008). Pengantar Pendidikan.Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardhani, I et al. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. (edisi kesatu). Jakarta:
          Universitas Terbuka.
Winatraputra, S Udin.dkk. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas
          Terbuka.










Lampiran 1
Soal Tes Awal
Petunjuk Pengerjaan Soal !
1.      Tulislah identitas ( nama, kelas, dan mata pelajaran ) dengan lengkap
2.      Jawablah soal dengan benar.
No
Bangun Datar
Banyak Simetri Lipat
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.





. . . . .

. . . . .

. . . . .

. . . . .

. . . . .

. . . . .

. . . . .

. . . . .


Lampiran 2
Kunci Jawaban Tes Awal
1.      1 simetri lipat
2.      0 / tidak ada
3.      1 simetri lipat
4.      1 simetri lipat
5.      1 simetri lipat
6.      6 simetri lipat
7.      0/ tidak ada
8.      Tak terhingga













Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Sekolah                 : SD Negeri 2 Subussalam
Mata Pelajaran      : Matematika
Kelas/Semester      : IV (Empat)/I (Satu)
Alokasi Waktu      : 2x35 Menit


A.    Standar Kompetensi
Memahami sifat – sifat bangun dan hubungan antar bangun
B.     Kompetensi Dasar
Menyelidiki sifat – sifat kesebangunan dan simetri
C.    Tujuan Pembelajaran
·         Siswa dapat mengenal berbagai bangun datar
·         Siswa dapat menentukan simetri lipat setiap bangun datar
D.    Indikator
·         Mengenal berbagai bangun datar
·         Menentukan simetri lipat setiap bangun datar
E.     Materi Ajar
Simetri Lipat
F.     Metode Pembelajaran
Tanya jawab dan latihan


G.    Langkah – Langkah Pembelajaran
No
Kegiatan
Waktu
Siswa
1.
Kegiatan Awal
·         Apersepsi
10 Menit
Klasikal
2.
Kegiatan Inti
·         Menjelaskan berbagai macam bangun datar
·         Menjelaskan simetri lipat
40 Menit
Individu
3.
Kegiatan Akhir
·         Kesimpulan
·         Latihan/PR/Tugas
20 Menit
Individu

H.    Alat dan Sumber
·         Buku Matematika SD Kls V
·         HVS untuk bangun datar
I.       Penilaian
Tes tertulis ( LKS ) terlampir

                                                            Subulussalam, 13 Juli 2012
Mengetahui                                                    Guru Kelas
Kepala Sekolah

                                                                                    YURDANELLY

                                                                                       Nip : 196212041983092001
Lampiran 4

Soal Tindakan
Petunjuk Pengerjaan Soal !
3.      Tulislah identitas ( nama, kelas, dan mata pelajaran ) dengan lengkap
4.      Jawablah soal dengan benar.
No
Bangun Datar
Banyak Simetri Lipat
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.





. . . . .

. . . . .

. . . . .

. . . . .

. . . . .

. . . . .

. . . . .

. . . . .


Lampiran 5
Kunci Jawaban Tindakan
1        simetri lipat
2         tidak ada
3        1imetri lipat
4        1imetri lipat
5        1imetri lipat
6        6 imetri lipat
7           0/ tidak ada
8    Tak terhingga














Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Sekolah                 : SD Negeri 2 Subussalam
Mata Pelajaran      : Matematika
Kelas/Semester      : IV (Empat)/I(satu)
Alokasi Waktu      : 2x35 Menit


J.      Standar Kompetensi
Memahami sifat – sifat bangun dan hubungan antar bangun
K.    Kompetensi Dasar
Menyelidiki sifat – sifat kesebangunan dan simetri
L.     Tujuan Pembelajaran
·         Siswa dapat mengenal berbagai bangun datar
·         Siswa dapat menentukan simetri lipat setiap bangun datar
M.   Indikator
·         Mengenal berbagai bangun datar
·         Menentukan simetri lipat setiap bangun datar
N.    Materi Ajar
Simetri Lipat
O.    Metode Pembelajaran
Tanya jawab dan latihan


P.     Langkah – Langkah Pembelajaran
No
Kegiatan
Waktu
Siswa
1.
Kegiatan Awal
·         Apersepsi
10 Menit
Klasikal
2.
Kegiatan Inti
·         Menjelaskan berbagai macam bangun datar
·         Menjelaskan simetri lipat
40 Menit
Individu
3.
Kegiatan Akhir
·         Kesimpulan
·         Latihan/PR/Tugas
20 Menit
Individu

Q.    Alat dan Sumber
·         Buku Matematika SD Kls IV
·         HVS untuk bangun datar
R.     Penilaian
Tes tertulis ( LKS ) terlampir

                                                            Subulussalam, 13 Juli 2012
Mengetahui                                                    Guru Kelas
Kepala Sekolah


             
            Meurah Cut                                                   YURDANELLY

                                                                          Nip : 196212041983092001
Lampiran 7
Tabel 3.7
Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus II
Segi Tingkah Laku yang Diamati
Hasil Pengamatan
Keterangan
Baik
Cukup
Kurang
66    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
ü   



67    Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
ü   



68 Menggunakan metode inkuiri dalam proses  pembelajaran
ü   



69 Menggunakan alat peraga dalam  pembelajaran
ü   



70 Menjelaskan langkah-langkah tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
ü   



71 Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan inkuiri melalui eksperiman
ü   



72 Membimbing kelompok/ individual
ü   



73 Memberi pertanyaan yang mengarah pada pemecahan masalah
ü   



74 Memberikan penguatan pada siswa
ü   



75    Membimbing siswa membuat kesimpulan tentang materi yang diajarkan
ü   



Sumber : Hasil penelitian lapangan ( 2012 )
                        Pengamat                                                        Guru Kelas

   DANIK WIDARUM                                           YURDANELLY


Lampiran 8
Lembar Observasi Siswa
Aspek yang di nilai


Skor

Kategori






a.       Siswa memberi respon positif terhadap materi yang disampaikan





b.      Siswa mengungkapkan pendapatnya





c.       Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar





d.      Siswa menanyakan hal yang belum dipahami





Jumlah






Peneliti

                                                                                                     YURDANELLY













Lampiran 9
Pedoman Wawancara Tindakan
No
Pilihan
Pilihan
%
1.
Apakah kamu menyenangi pelajaran Matematika
a.       Ya
b.      Biasa-Biasa saja
c.       Tidak
90 %

7 %
3 %
2.
Apakah menurutmu pelajaran Matematika itu mudah ?
a.       Ya
b.      Biasa-biasa saja
c.       Tidak
90 %

7 %
3 %
3.
Apakah materi simetri lipat dapat dimengerti ?
a.       Ya
b.      Biasa-Biasa Saja
c.       Tidak
90 %

7 %
3 %
4.
Apakah waktu yang diberikan cukup untuk menyelesaikan tugas dari guru?
a.       Ya
b.      Biasa-Biasa Saja
c.       Tidak
90 %

7 %
3 %
                                               
                                                                                                Peneliti




                                                                                        YURDANELLY
Lampiran 10


BIODATA  PENELITI

A.    IDENTITAS  PRIBADI
1.      Nama                                             :           Yurdanelly
2.      Tempat, Tanggal Lahir                  :           Blangkejeren, 4 Desember 1962
3.      Jenis Kelamin                                :           Perempuan
4.      Pekerjaan                                       :           PNS
5.      Nip                                                :           196212041983092001
6.      Agama                                           :           Islam
7.      Kebangsaan/Suku                         :           Indonesia/Padang
8.      Alamat                                          :           Kota Subulussalam
9.      Nama Orang Tua                          
a.       Nama Ayah                             :           Thamrin B ( Alm)
b.      Pekerjaan                                 :           -
c.       Nama Ibu                                :           Sartinah Hilda
d.      Pekerjaan                                 :           Rumah Tangga
e.       Alamat                                                :           Kota Blangkejeren

B.     RIWAYAT  PENDIDIKAN
No
Nama Instansi
Kota/Daerah
Tahun Lulus
1.
SDN 2 Blangkejeren
Blangkejeren
1973
2.
SMP Blangkejeren
Blangkejeren
1979
3.
SPG Kota Cane
Kotacane
1982





0 komentar:

Post a Comment

newer post older post Home