Thursday, May 31, 2012

Koneksi Nirkabel yang Aman


Merupakan rahasia umum jika WEP (Wired Equivalent Privacy) tidak
lagi mampu diandalkan untuk menyediakan koneksi nirkabel (wireless)
yang aman dari ulah orang usil atau ingin mengambil keuntungan atas

apa yang kita miliki—dikenal dengan jargon hackers. Tidak lama setelah
proses pengembangan WEP, kerapuhan dalam aspek kriptografi muncul.
Berbagai macam penelitian mengenai WEP telah dilakukan dan diperoleh
kesimpulan bahwa walaupun sebuah jaringan wireless terlindungi
oleh WEP, pihak ketiga (hackers) masih dapat membobol masuk. Seorang
hacker yang memiliki perlengkapan wireless seadanya dan peralatan
software yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis cukup
data, dapat mengetahui kunci enkripsi yang digunakan.

Dengan semakin banyaknya access point terpasang di hotel, bandar
udara, dan pusat-pusat keramaian, maka dibutuhkan sebuah pengembangan
metode keamanan yang mampu membuat para pengguna
wireless merasa nyaman. Agar mereka dapat merasa tenang untuk
mengirimkan rencana kerja perusahaan tahun mendatang, tanpa takut
bahwa rencana kerja tersebut dapat disadap atau disabotase oleh
kompetitor.
Beberapa bulan lalu, saya dan rekan melakukan wardriving (scanning
Diterbitkan di harian Kompas, Kamis 24 Juni, 2004
terhadap access point) di Jakarta dan Bandung. Dari hasil wardriving tersebut,
sebagian besar access point yang teridentifikasi tidak mengaktifkan
WEP. Dan, banyak dari para pemilik maupun pengguna jaringan wireless
ini yang mengeluh.
Yang menjadi keluhan adalah dengan diaktifkannya modus enkripsi
WEP maka kecepatan koneksi menjadi berkurang secara drastis, ada
yang mengatakan penurunan throughput dengan menggunakan WEP bisa
sebanyak 50 persen. Sehingga banyak di antara mereka yang memilih
untuk tidak menggunakan perlindungan enkripsi WEP. Ironisnya, ada
sebuah bank berlokasi di Jakarta yang menggunakan akses wireless tanpa
menggunakan enkripsi WEP dan melakukan transaksinya dengan plaintext.
Secara pribadi, saya tidak melihat kelemahan enkripsi menjadi alasan
untuk tidak mengimplementasikan teknologi WEP, tapi karena tidak
adanya konsistensi dalam administrasi WEP di antara produk-produk
WLAN (Wireless LAN) yang digunakan. Ini juga termasuk produkproduk
yang memiliki label sertifikasi. Beberapa produk membutuhkan
kode-kode heksadesimal, beberapa yang lain menerima alphanumeric
(gabungan alfabet dan angka) sebagai passphrase.
Menyikapi kelemahan yang dimiliki oleh WEP, telah dikembangkan
sebuah teknik pengamanan baru yang disebut sebagai WPA (WiFI
Protected Access). Teknik WPA adalah model kompatibel dengan
spesifikasi standar draf IEEE 802.11i. Teknik ini mempunyai beberapa
tujuan dalam desainnya, yaitu kokoh, interoperasi, mampu digunakan
untuk menggantikan WEP, dapat diimplementasikan pada pengguna
rumahan atau corporate, dan tersedia untuk publik secepat mungkin.
Adanya WPA yang "menggantikan" WPE, apakah benar perasaan
"tenang" tersebut didapatkan? Ada banyak tanggapan pro dan kontra
mengenai hal tersebut. Ada yang mengatakan, WPA mempunyai
mekanisme enkripsi yang lebih kuat. Namun, ada yang pesimistis karena
alur komunikasi yang digunakan adalah tidak aman, di mana teknik man-

in-the-middle bisa digunakan untuk mengakali proses pengiriman data.
Agar tujuan WPA tercapai, setidaknya dua pengembangan sekuriti
utama dilakukan. Teknik WPA dibentuk untuk menyediakan pengembangan
enkripsi data yang menjadi titik lemah WEP, serta menyediakan
user authentication yang tampaknya hilang pada pengembangan konsep
WEP.
Teknik WPA didesain menggantikan metode keamanan WEP, yang
menggunakan kunci keamanan statik, dengan menggunakan TKIP
(Temporal Key Integrity Protocol) yang mampu secara dinamis berubah
setelah 10.000 paket data ditransmisikan. Protokol TKIP akan mengambil
kunci utama sebagai starting point yang kemudian secara reguler berubah
sehingga tidak ada kunci enkripsi yang digunakan dua kali.
Background process secara otomatis dilakukan tanpa diketahui oleh
pengguna. Dengan melakukan regenerasi kunci enkripsi kurang
lebih setiap lima menit, jaringan WiFi yang menggunakan WPA telah
memperlambat kerja hackers yang mencoba melakukan cracking kunci
terdahulu.
Walaupun menggunakan standar enkripsi 64 dan 128 bit, seperti yang
dimiliki teknologi WEP, TKIP membuat WPA menjadi lebih efektif sebagai
sebuah mekanisme enkripsi. Namun, masalah penurunan throughput
seperti yang dikeluhkan oleh para pengguna jaringan wireless seperti
tidak menemui jawaban dari dokumen standar yang dicari.
Sebab, masalah yang berhubungan dengan throughput sangatlah
bergantung pada hardware yang dimiliki, secara lebih spesifik adalah
chipset yang digunakan. Anggapan saat ini, jika penurunan throughput
terjadi pada implementasi WEP, maka tingkat penurunan tersebut akan
jauh lebih besar jika WPA dan TKIP diimplementasikan walaupun
beberapa produk mengklaim bahwa penurunan throughput telah diatasi,
tentunya dengan penggunaan chipset yang lebih besar kemampuan dan
kapasitasnya.
Proses otentifikasi WPA menggunakan 802.1x dan EAP (Extensible
Authentication Protocol). Secara bersamaan, implementasi tersebut akan
menyediakan kerangka kerja yang kokoh pada proses otentifikasi pengguna.
Kerangka-kerja tersebut akan melakukan utilisasi sebuah server
otentifikasi terpusat, seperti RADIUS, untuk melakukan otentifikasi
pengguna sebelum bergabung ke jaringan wireless. Juga diberlakukan
mutual authentification, sehingga pengguna jaringan wireless tidak secara
sengaja bergabung ke jaringan lain yang mungkin akan mencuri identitas
jaringannya.
Mekanisme enkripsi AES (Advanced Encryption Standard) tampaknya
akan diadopsi WPA dengan mekanisme otentifikasi pengguna. Namun,
AES sepertinya belum perlu karena TKIP diprediksikan mampu menyediakan
sebuah kerangka enkripsi yang sangat tangguh walaupun belum
diketahui untuk berapa lama ketangguhannya dapat bertahan.
Bagi para pengguna teknologi wireless, pertanyaannya bukanlah
dititikberatkan pada pemahaman bahwaWPAadalah lebih baik dari WEP,
namun lebih kepada improvisasi tepat guna yang mampu menyelesaikan
masalah keamanan wireless saat ini. Di kemudian hari, kita akan
beranggapan pengguna adalah raja. Apa yang dibutuhkan para pengguna
teknologi wireless adalah kemudahan menggunakan teknologi itu.
Untuk dapat menggunakan "kelebihan" yang dimiliki WPA, pengguna
harus memiliki hardware dan software yang kompatibel dengan standar
tersebut. Dari sisi hardware, hal tersebut berarti wireless access
points dan wireless NIC (Network Interface Card) yang digunakan harus
mengenali standar WPA. Sayang, sebagian produsen hardware tidak akan
mendukung WPA melalui firmware upgrade, sehingga pengguna seperti
dipaksa membeli wireless hardware baru untuk menggunakan WPA.
Dari sisi software, belum ada sistem operasi Windows yang mendukung
WPA secara default. Komputer yang menggunakan sistem
operasi Windows dengan hardware kompatibel dengan standar WPA
dapat mengimplementasikannya setelah menginstal WPA client. WPA
client baru dapat bekerja pada sistem operasi Windows Server 2003
dan Windows XP. Bagi para pengguna sistem operasi lainnya belum
ditemukan informasi mengenai kemungkinan mengimplementasikan
WPA.
Melakukan migrasi hardware dan implementasi WPA dapat dibayangkan
sebagai sebuah pekerjaan yang sangat besar. Untungnya,
hal tersebut bukanlah sesuatu yang harus dilakukan pada saat yang
bersamaan. Wireless Access Points dapat mendukung WPA dan
WEP secara bersamaan. Hal ini memungkinkan migrasi perlahan ke
implementasi WPA.
Pada jaringan wireless yang membutuhkan tingkat sekuriti tingkat
tinggi, variasi sistem tambahan proprietari dibuat untuk menjadi standar
transmisi WiFi. Pada perkembangannya, beberapa produsen WiFi telah
mengembangkan teknologi enkripsi untuk mengakomodasi kebutuhan
pengamanan jaringan wireless.

1 komentar:

Unknown said...

pakek backtrack bakal rebes ini wakk :D

Post a Comment

newer post older post Home