BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Matematika
mempunyai peran sangat penting dalam kehidupan, baik bagi pelajar, pegawai
kantor, maupun masyarakat umum. Matematika digunakan untuk memenuhi kebutuhan
praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Para pelajar dapat
menghitung isi dan berat, dapat menggunakan kalkulator dan komputer dengan
bantuan matematika. Masyarakatpun dapat menggunakan matematika, misalnya dapat
membuat catatan dengan angka-angka, dapat membaca persentase, dapat berdagang
dan berbelanja. Sebagian orang kadang berfikir bahwa matematika hanya
menyangkut perhitungan yang rumit,
perhitungan angka-angka yang membuat kepala pusing. Padahal berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari yang mereka alami sering menggunakan matematika, meskipun kadang tidak mereka sadari.
perhitungan angka-angka yang membuat kepala pusing. Padahal berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari yang mereka alami sering menggunakan matematika, meskipun kadang tidak mereka sadari.
Untuk mewujudkan
pembangunan nasional dibidang pendidikan perlu meningkatkan dan menyempurnakan
penyelenggaraan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta
kebutuhan pembangunan. Upaya penyempurnaan di bidang pendidikan telah
dilaksanakan, hal ini ditandai dengan adanya penyempurnaan kurikulum,
peningkatan kemampuan guru melalui penataran, pengadaan prasarana, alat dan
media pengajaran, serta penilaian pendidikan.
Seperti diungkapkan Mendikbud bahwa
nilai rata-rata matematika ditanah air sangat rendah untuk semua jenjang
pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika masih rendah
dibandingkan mata pelajaran yang lain.
Pengetahuan
mengenai matematika memberikan bahasa, proses, dan teori ilmu suatu bentuk dan
kekuasaan yang akhirnya bahwa matematika merupakan salah satu kekuatan utama
pembentukan konsepsi tentang alam, suatu hakikat dan tujuan manusia dalam
kehidupannya. Berdasarkan kenyataan inilah matematika mempunyai potensi sangat
besar dalam hal memacu terjadinya perkembangan secara cermat dan tepat.
Banyak orang
yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Bahkan fenomena
menunjukkan bahwa dalam proses belajar matematika sebagian besar siswa masih
merasa cemas dan kesulitan. Meskipun demikian, siswa harus mempelajarinya
karena matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir
semua bidang studi memerlukan matematika. Kecemasan yang dialami siswa dalam
belajar matematika dapat mempengaruhi proses belajar matematika, sehingga
hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan atau nilainya rendah. Jika
dikaitkan dengan peranan matematika tersebut diatas, sangatlah bertentangan,
karena sudah seharusnya kalau matematika merupakan ilmu yang dicari dan
disenangi siswa. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa dipengaruhi oleh
berbagai faktor, salah satu faktor diantaranya adalah proses belajar mengajar.
Dalam proses
belajar mengajar ada empat komponen penting yang mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa antara lain bahan belajar, suasana belajar, media dan sumber
belajar, dan subjek belajar. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam
proses belajar mengajar, melemahnya satu atau lebih komponentersebut, maka
dapat menghambat tercapainya tujuan belajar yang optimal. Media dan sumber
belajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar dipilih atas dasar tujuan
dan bahan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu guru sebagai subjek harus
dapat memilih media dan sumber belajar yang tepat sehingga bahan yang
disampaikan dapat diterima siswa dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar. Mengajar
tidak semata-mata berorientasi pada hasil, tetapi juga berorientasi pada
proses, dengan harapan semakin tinggi pula hasil yang dicapai. Dengan demikian
mengajar matematika adalah suatu proses untuk membimbing dan mengoptimalkan
kemampuan siswa agar berfikir dan berbuat matematika. Upaya untuk
mengoptimalkan siswa tersebut dapat dipacu dengan menggunakan CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif), dalam hal ini tidak terlepas dengan penggunaan media
pendidikan yang diaplikasikan dalam proses belajar mengajar.
Matematika
merupakan salah satu pengetahuan dasar, dewasa ini telah berkembang dengan sangat pesat baik materi
maupun kegunaannya. Simetri lipat merupakan salah satu materi dalam
matapelajaran matematika yang dipelajari di Sekolah dasar.
Terdapat banyak
alasan mengapa siswa perlu belajar matematika, diantaranya :
1. Membentuk
pola pikir yang logis
2. Memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengenal
pola-pola hubungan
4. Mengembangkan
kreativitas siswa
5. Meningkatkan
kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Berdasarkan
observasi di lapangan adanya temuan bahwa kedudukan dan fungsi guru dalam
kegiatan pembelajaran saat ini cenderung masih dominan. Aktifitas guru masih sangat besar dibandingkan dengan
aktifitas siswa yang masih rendah kadarnya. Ketika proses belajara mengajar
hendaknya terjalin hubungan yang sifatnya mendidik dan mengembangkan. Guru
tidak hanya menyampaikan materi akan tetapi sebagai figur yang dapat merangsang
perkembangan siswa. Sebagai mana yang tertuang dalam kurikulum 2006 (KTSP) mata
pelajaran Matematika di SD/MI pembelajaran Matematika sebaiknya dilaksanakn
secara Demontrasi untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh
karena itu pembelajaran Matematika di SD menekankan pada pemberian pengalaman
langsung melaui penggunaan dan pengambangan ketrampilan proses dan sikap
ilmiah, dalam hal ini seorang guru harus memiliki kompetensi yang cukup sebagai
pengelola pembelajaran. Seorang guru yang memiliki kompetensi diharapkan akan
lebih baik dan mampu menciptakan suasana dan lingkungan belajar efektif,
sehingga hasil belajar siswa akan optimal.
Pertanyaan
yang timbul adalah bagaimana upaya guru menciptakan pembelajaran yang optimal
dengan komunikasi multi arah, meningkatkan penguasaan konsep, meningkatkan
pemecahan masalah dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan
hal di atas metode mengajar yang digunakan oleh guru hendaknya sedemikian rupa
bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dengan metode yang
variatif inilah siswa akan bergairah dalam belajar secara inivatif dan kreatif.
Metode mengajar yang digunakan guru dalam interaksi belajar mengajar merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran.
Pembelajaran
Matematika pada pelaksanaannya haruslah diupayakan dalam kondisi pembelajaran
yang kondusif dalam arti pembelajaran itu harus bersifat aktif, kreatif,
efektif, inovatif dan menyenangkan. Maka dari itu peranan dan fungsi guru dalam
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal sebagaimana dikemukakan oleh Uzer
Usman (2000 :31) bahwa: “belajar
yang efektif harus mulai dengan pengalaman lansung atau pengalaman konkret dan
meniju pada pengalaman yang lebih abstrak”.
Galtondan
Harlen (Yasbiati, 2005: 27) mengemukakan bahwa ”secara global dimensi yang
hendak dicapai oleh serangkaian tujuan kurikuler pendidikan Matematika dalam
kurikulum pendidikan dasar adalah mendidik anak agar memahami konsep sains,
memiliki keterampilan ilmiah, dan religious. Keilmiahan dan tujuan pendidikan Matematika
sebagaimana dipaparkan di atas sudah tentu tidak serta merta dapat dicapai oleh
materi pelajaran Matematika, melainkan dengan melibatkan siswa kedalam kegiatan
didalamnya. Dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran, siswa dilatih melakukan
kegiatan yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam memperoleh ilmu pengetahuan
untuk menemukan konsep-konsep serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa
akan lebih mudah memahami suatu konsep jika belajar menemukan sendiri dan siswa
terlibat langsung dalam pembelajaran tersebut sehingga terjadi suasana belajar
yang menyenangkan sebagaimana yang dikemukakan oleh Uzer Usman (2000 : 31)
bahwa “Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan cepat
membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira
belajar karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya.”
Dengan demikian banyak hal yang
bias siswa dapatkan melalui metode pengajaran inkuiri yang akan mengiringi
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih jauhnya dapat
mempengaruhi peningkatan hasil belajarMatematika, untuk itu penelitian ini diberi
judul “ Meningkatkan Kemampuan Siswa
dengan Metode Demonstrasi pada Materi Simetri Lipat di kelas 4 SD Negeri 2 Kota Subulussalam”.
1.2
Identifikasi Masalah
Adapun
masalah yang diidentifikasi penulis dalam penelitian ini yaitu:
1.
Tingkat pemahaman siswa
dalam pembelajaran Matematika pada materi cahaya sebelum menggunakan metode
demonstrasi masih rendah.
2.
Siswa belum memahami
proses pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode demonstrasi
3.
Pengaruh penggunaan
metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika terhadap hasil belajar siswa..
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi identifikasi
masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana
pemahaman awal siswa terhadap materi simetri lipat sebelum guru menggunakan
metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika?
2. Bagaimana
proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi?
3. Bagaimana
peningkatan hasil belajar siswa setelah guru menerapkan metode demontrasi dalam
pembelajaran Matematika?
1.4
Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui pemahaman awal siswa terhadap materi
simetri lipat sebelum guru menggunakan metode demontrasi dalam pembelajaran
Matematika.
2.
Mengetahui bagaimana
proses pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi.
3. Mengetahui
bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah guru menggunakan metode demontrasi
dalam pembelajaran Matematika.
1.5
Manfaat
Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait, secara
khusus manfaat penelitian ini yaitu:
1.
Bagi siswa
a. Adanya
kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal baru bagi dirinya didalam
pembelajaran Matematika.
b. Dapat
menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.
c. Dapat
mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman nyata, memberikan
dasar-dasar berpikir konkret sehingga mengurangi verbalisme, meningkatkan minat
belajar dan meningkatkan hasil belajar.
2.
Bagi guru
a. Untuk
meningkatkan profesionalisme guru.
b. Meningkatkan
tingkat kepercayaan diri bagi seorang guru.
c. Memberikan
pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam merancang
metode yang tepat dan menarik serta mempermudah proses pembelajaran melalui
metode inkuiri.
3.
Bagi Sekolah
a. Memberikan
sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim
pendidikan di sekolah dalam pembelajaran Matematika.
b. Dapat
memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan proses
belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan.
4.
Bagi Peneliti
Memberikan gambaran yang jelas tentang
efektifitas pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode demonstrasi sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.6
Tinjauan
Teoritis
1.6.1
Penerapan
Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Metode
mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan
pembelajaran. Pada dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau teknik yang
digunakan oleh guru dalam menggunakan interaksi dengan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
Prinsip-prinsip
yang berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya:
1.
Metode mengajar harus
memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap
materi pelajaran (curriosity).
2.
Metode mengajar harus
memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam
aspek seni.
3.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
4. Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu (sikap skeptis).
5.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (berinkuiri)
terhadap suatu topic permasalahan.
6.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa mampu menyimak.
7.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa untuk belajar mandiri (Independent
study).
8.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama(Cooperative learning).
Penggunaan
metode dalam pembelajaran mutlak diperlukan. Metode pembelajaran artinya cara
melakukan pembelajaran dengan menggunakan fakta dan konsep – konsep secara
sistematis. Sedangkan yang dimaksud dengan metode mengajar adalah cara yang
berisikan prosedur baku untuk melakukan kegiatan kependidikan, khususnya
kegiatan penyajian materi kepada murid.
Metode demonstrasi menurut Djamarah
(2002:102) “metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan dan urutan melakukan sesuatu kegiatan, baik sebenarnya atau tiruan, dan
sering disertai dengan penjelasan lisan”.
Penyajian materi dengan cara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang akan disajikan.
Dengan metode demonstrasi murid
dapat melihat secara langsung proses terhadap yang baik dan sempurna. Dalam pembelajaran
murid diharapkan dapat mengerti dan memperhatikan apa yang dilakukan selama
proses belajar mengajar berlangsung.
Metode
demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
hal – hal yang berhubungan dengan proses mencari tahu atau menelusuri, membuat
sesuatu, proses terjadi sesuatu, proses menyelesaikan dan mengerjakan sesuatu
untuk menemukan apa yang dipelajari didapat dengan melakukan sebagaimana
seperti yang diharapkan dalam mempelajari materi.
Tujuan dari pelaksanaan metode demonstrasi
dalam proses belajar mengajar adalah suatu proses untuk memperjelas pengertian
konsep dan memperlihatkan cara melakukan atau proses terjadinya sesuatu konsep
yang dipelajari pada materi yang sedang diajarkan. Mengajar dengan metode
demonstrasi lebih terfokus pada pembelajaran yang bermakna. Ketika dilakukan
demonstrasi murid melihat proses terjadinya sesuatu yang menjadi pengetahuan
mendapatkan pemahaman yang sangat berharga karena melihat proses secara
langsung, sehingga pembelajaran bermakna bagi murid. Metode pembelajaran
memiliki dua cara pelaksanaan, kalau alat yang didemokan terbatas berarti yang
dilakukan oleh guru saja, sedangkan murid hanya melihat prosesnya. Kalau
alatnya cukup untuk digunakan setiap kelompok atau individu murid maka dapat
dilakukan bersama- sama antara guru dan murid. Guru menampakkan proses atau
model, murid yang melanjutkannya sendiri dengan kegiatan murid dalam belajar.
Ciri khas metode demonstrasi adalah
melakukan kegiatan belajar dengan menemukan atau menelusuri bagaimana cara
memperoleh penyelesaian yang dijalankan dengan menggunakan alat – alat peraga
yang berperan sebagai alat bantu dalam menyederhanakan konsep yang sulit
dipahami oleh murid dan apabila suatu konsep sudah dilakukan proses penemuan
penyelesaian untuk soal yang dibebankan kepada murid akan mengikuti proses
sebagai pengalaman pada saat didemonstrasikan.
1.6.2. Kelebihan dan
Kelemahan Metode Demonstrasi
Setiap metode pembelajaran memiliki
kelebihan dan kekurangan masing – masing. Adapun kelebihan metode demonstrasi
antara lain :
1. Dapat
membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari
verbalisme (pemahaman secara kata – kata atau kalimat).
2. Murid
lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3. Proses
pengajaran menjadi lebih menarik.
4. Murid
dirangsang untuk mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan
mencoba melakukannya sendiri.
Kelemahan
metode demonstrasi adalah :
1. Metode
ini memerlukan ketrampilan guru secara khusus, karena tanpa didukung dengan hal
itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif.
2. Fasilitas
seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan
bauk.
3. Demonstrasi
memerlukan kesiapan dan perencanaannya matang disamping memerlukan waktu yang
cukup panjang.
1.6.3. Langkah –
Langkah Metode Demonstrasi
Lebih lanjut menurut Djamarah (2002:102)
langkah – langkah metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
a.
Menyediakan alat – alat
demonstrasi
b.
Meja demonstrasi
c.
Menciptakan kondisi
belajar untuk peserta demonstrasi
2. Melakukan
demonstrasi dan mengajukan masalah kepada murid
a.
Menjelaskan cara
mendemonstrasi sebagaimana prosedur yang dituntut dalam memahami konsep
b.
Ketika melakukan
demonstrasi semua murid memperhatikan
c.
Berikan waktu yang
cukup bagi murid agar dapat mencoba sendiri proses demonstrasi
d.
Berikan penjelasan yang
singkat dan padat
e.
Setelah demonstrasi
selesai kemudian diadakan tanya jawab
3. Evaluasi
a.
Berikan kesempatan
kepada murid untuk mendemonstrasikan sendiri
b.
Membuat kesimpulan dari
hasil demonstrasi
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa yang duduk di kelas IV (empat) Sekolah Dasar dengan
jumlah siswa 18 orang dan
guru kelas IV (Empat), serta proses pembelajaran di kelas IV (lima) SD Negeri 2 Kota Subulussalam sebagai objek
penelitian. Tempat penelitian
dilaksanakan pada SD Negeri 5 Kota
Subulussalam. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena beberapa
pertimbangan diantaranya:
1. Peneliti
bertugas di sekolah tersebut sehingga merasa bertanggung jawab secara moril
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika khususnya.
2.
Memiliki fasilitas yang cukup memadai untuk dijadikan
lokasi penelitian, dalam hal ini penelitian metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika pada materi simetri lipat yang membutuhkan
sarana dan fasilitas yang cukup guna pelaksanaan eksperimen.
Jangka waktu penelitian adalah selama 2
(dua) bulan yaitu April sampai dengan Mei. Waktu dari perencanaan sampai penulisan
hasil laporan penelitian tersebut pada semester II TahunAjaran 2011/2012.
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Siklus. Dalam model ini tindakan
pembelajarannya dilakukan secara berdaur-ulang dan berkelanjutan (siklus
spiral) sebagaimana dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Kasbollah,1998/1999:
14) “meliputi tahapan
tahapan: perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi
(reflect). Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan
kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum
berhasil memperbaiki praktik atau belum memecahkan masalah yang menjadi
kerisauan guru”
(wardhani,2007:23). Dengan adanya pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
secara siklus tersebut diharapkan semakin lama akan semakin dapat meningkatkan
perubahan dan perolehan hasil belajar siswa.
Variabel penelitian merupakan objek
dalam penelitian yang dilakukan. Adapun variabel yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Variabel Input
-
Siswa
Siswa yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah siswa kelas IV
SD Negeri 2 Subullussalam
sebagai faktor penentu terlaksananya belajar mengajar efektif.
Variabel
ini diukur dengan tingkat pemahaman siswa, keaktifan siswa dan cara menanggapi
pembelajaran.
-
Guru
Guru adalah
tenaga pengajar yang berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Terciptanya
proses belajar mengajar yang efektif sangat ditentukan oleh guru sebagai tenaga
pendidik.
Variabel ini
diukur dengan potensi guru dalam memberikan materi ajar kepada siswa, tingkat
pendidikan guru dan pengalaman yang dimiliki dalam mengajar.
-
Pembelajaran Matematika
Simetri
lipat merupakan materi ajar yang dipilih oleh peneliti sebagai bahan ajar untuk
Penelitian Tindakan Kelas.
Variabel ini diukur dengan sumber materi ajar yang digunakan, kegiatan
praktikum dan diskusi.
2.
Variabel Proses
-
Implementasi Metode Demonstrasi
Implementasi metode demonstrasi
merupakan metode yang menunjang peningkatan hasil belajar siswa.
Variabel ini
diukur dengan tersedianya alat peraga, fasilitas penunjang yang digunakan,
efisiensi proses belajar mengajar, dan kreativitas guru dalam memberikan materi
ajar.
3.
Varibel Output
-
Hasil belajar siswa
Hasil belajar
siswa merupakan pengukur keberhasilan penerapan pembelajaran Matematika dengan
menggunakan metode demonstrasi.
Variabel ini diukur dengan nilai
harian, nilai praktek, nilai ulangan dan nilai ujian semester.
2.2.
Kehadiran
Peneliti
Pengumpulan data
dilakukan oleh peneliti pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2011.
Penelitian ini dilakukan setiap hari jam kerja karena peneliti bertugas sebagai
tenaga pengajar tetap pada SD Negeri
2 Subussalam. Pengambilan
data dilakukan dengan cara mewawancarai siswa secara langsung selama
penelitian.
2.3.
Data
dan Sumber Data
Data penelitian
diperoleh setelah melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Data-data tersebut
dikumpulkan melalui beberapa teknik pengumpulan data diantaranya observasi,
wawancara, angket dan tes hasil belajar Sumber data penelitian adalah siswa
kelas IV SD Negeri 2 Subussalam Tahun ajaran 2011/2012 dan guru serta
lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
2.4.
Metode
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan
cara kualitatif dan kuantitatif.
Pengumpulan
data secara kualitatif mengenai aktivitas guru dan siswa. Tujuannya untuk
mencatat masalah yang terjadi pada saat tindakan yang kemudian akan menjadi
refleksi sebagai tindak lanjut. Data Kualitatif pada penelitian ini diperoleh
melalui:
1.
Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang sangat menentukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan
kelas. Observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu.
Nasution (1988) menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Lembar observasi digunakan untuk
mengobservasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi berlangsung. Aktifitas siswa yang diamati dengan
menggunakan lembar observasi minat dan psikomotorik, sedangkan aktivitas guru
berupa lembar observasi kelas untuk kegiatan guru.
2.
Wawancara
Menurut Esterberg (Sugiono 2007: 72) “wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu”.
Dengan wawancara peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak
ditemukan melalui observasi.
Wawancara dilakukan terhadap siswa
setelah proses tindakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pendapat
mereka tentang kendala atau kesulitan serta motivasi belajar yang mereka dapat
dari penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika pada materi
simetri lipat. Selain itu wawancara juga dilakukan terhadap guru untuk
mengumpulkan informasi tentang kebaikan dan kekurangan serta kendala yang
ditemukan pada saat menggunakan metode demonstrasi.
3.
Angket
Angket
penelitian ini digunakan untuk
mengetahui nilai efektif
(sikap) siswa terhadap pembelajaran dengan metode demonstrasi. Angket disebar
dan diisi oleh siswa dengan pertanyaan yang berhubungan dengan kesan dan
tanggapan siswa terhadap metode yang digunakan dalam pembelajaran Matematika
pada materi simetri lipat dengan metode demonstrasi. Pengumpulan data secara
kuantitatif diperoleh melalui tes penguasaan materi siswa yang berupa nilai
siswa dalam setiap daur (siklus). Data kuantitatif dalam penelitian ini
diperoleh melalui:
1.
Tes Hasil Belajar
Tes hasil
belajar diperlukan untuk mengukur tingkat ketercapaian penerapan metode
demonstrasi dalam pembelajaran Matematika pada materi simetri lipat, selainitu
tes hasil belajar digunakan untuk mengukur pemahaman materi serta peningkatan
hasil belajar siswa setelah tindakan dilakukan.
2.5.
Analisis
Data
Metode analisis
data dalam penelitian ini adalah deskriptif persentase. Data hasil penelitian
yang dianalisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar individu,
danketuntasan belajar klasikal. Selanjutnya hasil analisis data diperoleh baik
kualitatif maupun kuantitatif . Hasil ini diinterpretasikan dan disimpulkan
yang kemudian akan digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
1.
Rata-rata kelas
͞͞͞
|
(Sudjana,1989:109)
Keterangan:
=
Rata-rata kelas
∑X =
Jumlah seluruh skor
N =
Banyak siswa
2. Ketuntasan
belajar secara klasikal
Nilai Post Test diperoleh setelah
dilakukan tindakan kelas, kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil
belajar.
Ketuntasan
secara klsikal dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah siswa yang mendapat
nilai > 60
Ketuntasan
klasikal = X
100%
Jumlah siswa
yang mengikuti
|
(Mulyasa
2003 : 102)
2.6.
Pengecekan Keabsahan Data
Teknik
pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan
menggunakan triangulasi, member-check, audit trial, dan expert opinion.
a. Triangulasi
Data, yaitu teknik yang dilakukan untuk memeriksa keabsahan/kebenaran data
dengan menggunakan sumber lain serta membandingkan kebenaran data yang
diperoleh dari sumber lain yakni guru dan siswa. Teknik triangulasi data
digunakan dalam rangka memperoleh kepercayaan data yang maksimal. Teknik ini
digunakan melalui kegiatan reflektif kolaboratif antara guru dan peneliti.
Selain itu dilakukan juga wawancara dengan siswa untuk mendapatkan gambaran
tentang persepsi siswa terhadap penggunaan metode demonstrasi dalam
pembelajaran Matematika. Hasil triangulasi kemudian dijabarkan melalui laporan
naratif deskriptif.
b. Member
– Check, tekknik ini dilakukan untuk meninjau kembali kebenaran dan kesahihan
penelitian dengan mengkonfirmasikan pada sumber data. Dalam kegiatan ini
peneliti mengkonfirmasikan pada sumber data. Dalam kegiatan ini peneliti
menginformasikan data temuan yang diperoleh baik kepada guru maupun siswa
melalui kegiatan reflektif kolaboratif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.
Pada kegiatan ini dijaring pula tanggapan, sanggahan atau informasi tambahan
baik dari guru maupun siswa sehingga menghasilkan derajat validitas yang
tinggi.
c. Audit
Trial, dilakukan dengan cara mendiskusikan kebenaran data beserta prosedur pengumpulannya
dengan teman sejawat, pembimbing, atau peneliti senior guna memperoleh kritik,
tanggapan dan masukan sehingga bisa mempertajam analisi serta validasi yang
tinggi.
d. Expert
Opinion, teknik ini dilskuksn dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan peneliti
kepada para ahli untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi temuan
penelitian dapat dipertanggung jawabkan.
2.7.
Tahap-tahap
Penelitian
Penelitian
Tindakan Kelas ini terdiri atas dua siklus kegiatan sebagai berikut.
SIKLUS
1
Tahap
Perencanaan (Planning)
Berdasarkan
observasi di lapangan bahwa kedudukan dan fungsi guru dalam kegiatan
pembelajaran saat ini cenderung masih dominan. Aktivitas guru masih sangat
besar dibandingkan dengan aktivitas siswa yang masih rendah kadarnya. Ketika proses
belajar mengajar hendaknya terjalin hubungan yang sifatnya mendidik dan
mengembangkan. Guru tidak hanya menyampaikan materi akan tetapi sebagai figur
yang dapat merangsang perkembangan siswa. Ini berarti harus ada tindakan
perbaikan agar terjadi perubahan sesuai tujuan yang diharapkan. Tindakan yang
dilakukan sangat penting sebagai upaya peneliti dalam meninjau efektifitas
tindakan yang telah dilakukan.
Kegiatan
perencanaan diawali dengan merencanakan ide penelitian kemudian ditindak
lanjuti dengan observasi pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Hal ini
dilakukan sebagai pendahuluan yang tujuannya untuk mengidentifikasi masalah dan
menemukan fakta yang terjadi di kelas. Langkah-langkah atau tindakan yang
dilakukan perlu dilakukan secara rinci agar menjadi pegangan dalam melaksanakan
tindakan.
Berdasarkan
uraian diatas perencanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengadakan koordinasi dengan guru serta
kepala sekolah SD Negeri 2
Subussalam mengenai
masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian.
2.
Membuat Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan oleh guru sebagai peneliti mencakup kegiatan yang harus
dilakukan guru dan siswa dalam proses pelaksanaan tindakan sesuai perencanaan.
3.
Menyiapkan sarana dan fasilitas yang akan digunakan dalam proses tindakan di
kelas.
4.
Menentukan instrument yang akan digunakan
dalam proses penelitian.
5.
Menyiapkan lembar pedoman observasi terhadap hasil yang dicapai pada setiap
tindakan.
Tahap
Melakukan Tindakan (Action)
Pada tahap ini
peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan. Tujuan utama pada proses
tindakan adalah mengupayakan adanya inovasi dalam proses pembelajaran yang
diusahakan manfaatnya oleh peneliti dan para siswa.
Peneliti dalam
hal ini guru, harus mampu membuat metodologi penelitian agar tidak mengganggu
komitmen guru dalam mengajar sehingga penelitian tetap dapat dilakukan tanpa
mengorbankan siswa dalam proses pembelajaran. Tambahan guru sebagai peneliti
harus disikapi sebagai nuansa professional yang semestinya memberi nilai tambah
bagi guru dan bagi pembelajaran yang dikelolanya (Wardhani, 2007 : 2.13) .
Berdasarkan
uraian diatas tindakan dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:
1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan
2. Menerapkan model pembelajaran sistem KTSP
3. Melakukan pengamatan terhadap setiap
langkah-langkah kegiatan sesuairencana
4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan
banyaknya kegiatan yangdilaksanakan
5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila
menemui kendala saat melakukan tahap tindakan
Tahap
Mengamati (observasi)
Kegiatan
observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yaitu
instrument-instrumen yang telah ditentukan sebelumnya dalam perencanaan. Hal
ini dilakukan untuk melihat hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan. Hasil observasi merupakan
bahan pertimbangan untuk melakukan refleksi dan revisi terhadap rencana dan
tindakan yang telah dilakukan untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya yang
diharapkan lebih baik dari tindakan yang telah dilakukan.
Observasi
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1.
Melakukan diskusi dengan guru SD dan
kepala Sekolah untuk rencana observasi.
2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model
pembelajaran metode inkuiri yang dilakukan guru kelas IV ( Empat).
3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang
terjadi saat penerapan model pembelajaran inkuiri.
4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas
tentang kelamahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta
memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
Tahap
refleksi (Reflection)
Dengan bantuan
hasil analisis data yang diperoleh, peneliti mencoba merenungkan kembali
pelaksanaan tindakan yang telah tercatat melalui observasi. Melalui refleksi
peneliti akan dapat menentukan apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai
serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran selanjutnya.
Pada dasarnya
refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi, dan penjelasan
terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi
merupakan tahap yang paling penting untuk memahami dan memberikan makna
terhadap proses dan hasil yang terjadi akibat adanya tindakan yang dilakukan.
Langkah –
langkah yang dapat dilakukan pada tahap refleksi yaitu:
1. Menganalisis
temuan saat melakukan pelaksanaan observasi.
2. Menganalisis
kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran metode demonstrasi
dengan kerja kelompok dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.
3. Melakukan
refleksi terhadap penerapan model pembelajaran metode demonstrasi dengan kerja kelompok.
4.
Melakukan refleksi terhada kreativitas
siswa dalam pembelajaran Matematika.
5. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar
siswa.
SIKLUS
II
Tahap
Siklus II meliputi:
Tahap
Perencanaan (Planning)
1.
Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan,
dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya
2.
Mendata masalah dan kendala yang dihadapi
saat pembelajaran
3.
Merancang perbaikan II berdasarkan
refleksi siklus I
Tahap
Melakukan Tindakan (Action)
1. Melakukan analisis pemecahan masalah.
2.
Melaksanakan tindakan perbaikan II
dengan memaksimalkan penerapan model pembelajaran metode demonstrasi.
Tahap
Mengamati (observation)
1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model
pembelajaran metode demonstrasi.
2.
Mencatat perubahan yang terjadi.
3.
Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan
memberikan balikan.
Tahap
Refleksi (Reflection)
1. Merefleksi
proses pembelajaran metode demonstrasi.
2. Merefleksi
hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran metode demonstrasi.
3. Menganalisis
temuan dan hasil akhir penelitian.
4. Rekomendasi.
Dari
tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah
1)
Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam
proses pembelajaran Matematika.
2)
Guru memiliki kemampuan, merancang dan menerapkan model pembelajaran metode
demonstrasi khusus pada mata pelajaran Matematika.
3)
Terjadi peningkatan prestasi siswa pada
mata pelajaran Matematika
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan dari
pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan
siklus II, tiap siklus dengan alokasi waktu sebanyak 2 x 35 menit. Sebelum
dilaksanakan kegiatan tindakan dimaksud, telah diawali dengan melakukan
kegiatan observasi pendahuluan (pra tindakan) dengan maksud untuk memperoleh
gambaran dan mengidentifikasi permasalahan siswa berkenaan dengan pembelajaran
Matematika pada konsep cahaya kelas IV
SD Negeri 2
Subussalam dari
pelaksaan pembelajaraan sebelumnya. Selain itu memberi tahu siswa bahwa
kegiatan belajar mengajar pembelajaran Matematika pada konsep cahaya untuk
pertemuan berikutnya akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan konstektual
untuk meningkatkan kompetensi dasar dalam pembelajaran Matematika pada materi
simetri lipat sesuai dengan metode demonstrasi.
Sehubungan
hal tersebut, maka bab ini mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai pelaksaan tindakan yang telah dilakukan peneliti dengan melibatkan
seorang observer pendamping. Adapun ruang lingkup hasil penelitian dan
pembahasan dimaksud, yaitu (a). Paparan Data Sebelum Tindakan, (b). Paparan
Data Tindakan, yang meliputi tindakan siklus I dan tindakan siklus II dan (c).
Evaluasi Hasil Tindakan.
3.1
Hasil
Penelitian
3.1.1 Paparan Data Sebelum
Tindakan
Sebagaimana diuraikan
diatas, sebelum dilaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti melakukan kegiatan
observasi pendahuluan (pra tindakan) pada tanggal 13 April 20011 dengan maksud
untuk memperoleh gambaran dan mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa
berkenaan dengan pelajaran Matematika pada konsep simetri lipat dengan metode demonstrasi
kelas IV SD Negeri 2 Subussalam yang diberikan guru pada
pertemuan pelajaran sebelumnya.
Kegiatan awal
penelitian yaitu melakukan observasi terhadap proses pembelajaran Matematika di
kelas IV SD Negeri 2 Subussalam yang menjadi objek penelitian.
Observasi pertama dilakukan pada akhir bulan April.
Alokasi waktu yang
digunakan untuk kegiatan belajar mengajar berkaitan dengan materi pelajaran ini
adalah 70 menit, meliputi kegiatan awal/pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
pengayaan/akhir pembelajaran.
Proses pembelajaran
pada kegiatan inti diantaranya, guru sebagai objek penelitian menyuruh siswa
membaca buku belajar, kemudian siswa disuruh mendengarkan penjelasan dari guru.
Setelah penjelasan selesai, guru menulis rangkuman materi simetri lipat pada
papan tulis sebagai catatan untuk siswa. Pada akhir kegiatan guru memberikan
soal sebagai latihan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang sudah dijelaskan. Kemudian siswa diberikan pekerjaan rumah.
Dari langkah-langkah
pembelajaran yang tersebut di atas dapat terlihat masih adanya dominasi guru
dalam kegiatan belajar di kelas, dan siswa tidak diberi kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan berfikirnya. Hasil belajar dari kondisi awal
pembelajaran Matematika di kelas IV
SD Negeri 2
Subussalam dapat terlihat dari
table berikut ini:
Tabel 3.1
Nilai Hasil Belajar Siswa Pra Tindakan
No
|
Nama
|
Nilai
|
No
|
Nama
|
Nilai
|
1
|
Ajirna Manik
|
65
|
10
|
Khairuna
|
40
|
2
|
Al Ajimi
|
50
|
11
|
M. Akbar
|
80
|
3
|
Alayya
|
60
|
12
|
Nuraini
|
75
|
4
|
Al Wija
|
85
|
13
|
Riza Syukran
|
40
|
5
|
Dian Irsyandi
|
50
|
14
|
Rohana
|
75
|
6
|
Fahmiansyah
|
45
|
15
|
Safrianti
|
40
|
7
|
Fatmawati
|
55
|
16
|
Sahidul Arfani
|
80
|
8
|
Gustiani
|
45
|
17
|
Yeni Sarnija
|
50
|
9
|
Hilda Yanti
|
50
|
18.
|
Yusrina Adewati
|
50
|
Jumlah
|
985
|
||||
Rata
- rata
|
54,72
|
Berdasarkan tabel diatas hasil belajar siswa kelas
IV SD Negeri 2 Subussalam sebelum
menggunakan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran kurang baik. Hal
tersebut dapat terlihat dari kemampuan rata-rata kelas yang hanya mencapai 54,72.
Jumlah siswa yang masih mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 11 orang, 4 orang
dengan nilai cukup baik dan hanya 3 orang mendapat nilai baik diatas rata-rata
KKM.
Gambaran tabel diatas
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran Matematika di SD Negeri 2 Subussalam tidak memberikan
pengalaman langsung terhadap siswa akan materi Matematika khususnya pada materi
simetri lipat. Terlebih jika dikaitkan dengan tujuan kurikulum KTSP pada mata
pelajaran Matematika yaitu berhubungan dengan cara mencari tahu secara
sistematis, sehingga Matematika bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan Matematika diharapkan dapat menjadi wahana
bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi-kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan Matematika diarahkan secara demonstrasi sehingga
dapat membatu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang sebuah konsep.
Maka atas dasar itulah
perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap metode pembelajaran yang digunakan
oleh guru demi mencapai perubahan yang diinginkan.
Analisis
dan refleksi terhadap gambaran awal pembelajaran
- Analisis
Hasil observasi di
lapangan didapatkan temuan-temuan seperti berikut :
1. Pada
awal pembelajaran pra siklus guru memasuki ruangan kelas, kemudian mengabsen
siswa.
2. Proses
pembelajaran dilaksanakan tanpa mengadakan apersepsi sebagai media rangsang
bagi siswa terhadap materi yang akan diberikan.
3. Kegiatan
inti pembelajaran yaitu guru menjelaskan materi simetri lipat kemudian menulis
soal-soal latihan.
4. Murid
diberikan rangkuman materi untuk dicatat pada buku tulis.
5. Siswa
diberikan tes akhir berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi
simetri lipat.
6. Kegiatan
akhir guru memberikan tugas pekerjaan rumah pada siswa.
- Refleksi
Dari beberapa di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru SD
Negeri 2 Subussalam kelas IV khususnya pada pokok bahasan simetri
lipat belum memberikan pengalaman langsung atau eksperimen melalui metode demonstrasi
yang akan memberikan keleluasaan pada murid untuk dengan sendirinya menemukan
konsep-konsep suatu materi dalam hal ini konsep sifat-sifat bangun ruang yang
memiliki sumbu simetri lipat.
Maka dari itu
penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan adalah penelitian penerapan
metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika pada pokok bahasan simetri
lipat.
3.1.2.
Paparan
Data Tindakan
A.
Siklus
I
-
Perencanaan
1. Perencanaan
diawali dengan menyusun rencana pembelajaran pokok bahasan simetri lipat yang berpedoman
pada kompetensi dasar kurikulum (KTSP 2006).
2. Melakukan
koordinasi dengan teman sejawat sehubungan dengan penelitian yang akan
dilaksanakan.
3. Menyiapkan
ruang kelas serta alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Penyusunan RPP
menggunakan alokasi waktu 2 jam pelajaran yaitu 70 menit dengan prosentase
pembagian waktu sebagai berikut:
Tabel 3.2
Rincian
Pembagian Waktu Pembelajaran Matematika
No
|
Jenis
Kegiatan
|
Waktu
|
Prosentase
(%)
|
1.
2.
3.
|
Kegiatan Awal
Kegiatan inti
a. Menjelaskan
Langkah
Kegiatan
b. Melakukan
Percobaan
c. Mengerjakan
LKS
d. Melakukan
Tanya Jawab
Kegiatan Akhir
|
5
Menit
50
Menit
15
Menit
|
7,15
71,42
21,43
|
Jumlah
|
70
Menit
|
100
|
-
Pelaksanaan
Tindakan dan Observasi
1.
Kegiatan awal
Pada pelaksanaan tindakan
pertama materi yang dibahas adalah “simetri lipat pada bangun datar”. Guru
melakukan proses pembelajaran dengan apersepsi terhadap materi simetri lipat
pada berbagai jenis bangun datar, adapun kegiatan apersepsi pada pembelajaran
sebagai berikut:
Guru :
“ Anak-anak coba perhatikan ibu di depan! “
Siswa :
“memangnya ibu mau ngapain?”
Guru :
“ ibu akan menggambar berbagai macam bangun datar, apa kalian tahu salah satu
contoh bangun datar itu apa namanya?”
Siswa :
“tau bu, persegi panjang..”
Setelah itu guru
menghubungkan persegi panjang dengan penjelasan materi simetri lipat.
2.
Kegiatan inti
Pada awal proses
kegiatan inti, guru mengelompokkan siswa dengan jumlah 18 orang orang menjadi 4
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Kemudian masing
perwakilan kelompok mengambil benda yang ada di meja guru. Sebagai proses
penemuan setiap siswa diberi kesempatan menggunakan alat-alat peraga sebagai
media eksperimen. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan penemuan.
Sebelumnya guru membagikan lembar kerja siswa untuk diisi berdasarkan hasil
penelitian.
Proses demonstrasi pada
tahap awal adalah siswa membaca LKS yang diterima dari guru. Kemudian siswa
mulai mengerjakan langkah-langkah menemukan sifat simetri lipat pada bangun
datar. Selama proses demonstrasi, guru berkeliling memberikan bimbingan pada
setiap kelompok. Kadang kala guru memberikan penjelasan karena siswa masih
belum total melakukan proses seperti yang telah dicontohkan dalam demonstrasi
yang dilakukan guru tadi.
3.
Kegiatan akhir
Siswa secara bergilir
melaporkan hasil temuan mereka di depan kelas. Dan pada akhir kegiatan guru
mengajukan pertanyaan sebagai acuan mereka menemukan kesimpulan atas materi
pelajaran dan guru memberikan beberapa soal latihan mengenai simetri lipat secara
individu. Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil pekerjaan mereka kemudian
guru menilainya.
Hasil observasi dari
tindakan pertama terhadap guru sesuai dengan perencaaan dapat terlihat dari
table berikut:
Tabel 3.3
Hasil Pengamatan Terhadap Guru pada Siklus I
Segi
Tingkah Laku yang Diamati
|
Hasil
Pengamatan
|
Keterangan
|
||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||
1. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
|
ü
|
|||
2.
Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
|
ü
|
|||
3. Menggunakan
metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran
|
ü
|
|||
4. Menggunakan
alat peraga dalam pembelajaran
|
ü
|
|||
5. Menjelaskan
langkah-langkah tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
|
ü
|
|||
6.
Memberi kesempatan pada siswa untuk
melakukan demonstrasi
|
ü
|
|||
7. Membimbing
kelompok/ individual
|
ü
|
|||
8. Memeberi
pertanyaan yang mengarah pada pemecahan masalah
|
ü
|
|||
9. Memberikan
penguatan pada siswa
|
ü
|
|||
10. Membimbing
siswa membuat kesimpulan tentang materi yang diajarkan
|
ü
|
Dari data yang
dihasilkan melalui tabel di atas aktivitas guru dalam pembelajaran sudah cukup
baik, tetapi ada komponen-komponen yang harus diterapkan dalam pembuatan RPP
yang sering terabaikan, seperti menyusun kegiatan inti dan pemberian tes pada
akhir pembelajaran belum tertata dengan benar. Kegiatan pembelajaran masih
didominasi oleh guru.
Tindakan pertama pada
siklus I yang dilakukan disertai dengan pemberian postest ini yaitu, untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan serta
mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa dalam aspek pemahaman sifat-sifat simetri
lipat dengan menggunakan pendekatan demonstrasi. Hasil postest dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 3.4
Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I
No
|
Nama
|
Nilai
|
No
|
Nama
|
Nilai
|
1
|
Ajirna
Manik
|
75
|
10
|
Khairuna
|
50
|
2
|
Al
Ajimi
|
55
|
11
|
M.
Akbar
|
85
|
3
|
Alayya
|
60
|
12
|
Nuraini
|
55
|
4
|
Al
Wija
|
75
|
13
|
Riza
Syukran
|
50
|
5
|
Dian
Irsyandi
|
50
|
14
|
Rohana
|
65
|
6
|
Fahmiansyaf
|
50
|
15
|
Safrianti
|
50
|
7
|
Fatmawati
|
65
|
16
|
Sahidul
Arfani
|
80
|
8
|
Gustiani
|
55
|
17
|
Yeni
Sarnija
|
70
|
9
|
Hilda
Yanti
|
50
|
18
|
Yusrina
Adewati
|
50
|
Jumlah
|
1.090
|
||||
Rata
- Rata
|
60,55
|
Sumber
: hasil penelitian lapangan ( 2012)
Keterangan :
Batas lulus ( Sesuai dengan penetapan
KKM) adalah 60
Dari tabel 3.4 daftar
nilai hasil belajar pada siklus pertama dapat terlihat bahwa siswa yang
dianggap berhasil memperoleh nilai > 60 sebanyak 8 orang dengan prosentase 44,44%,
sedangkan yang mendapat nilai di bawah 60 sebanyak 10 orang dengan prosentase
55,56%.
Selain tes hasil
belajar, penelitian dilakukan pula pada aspek kegiatan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Untuk melihat hasil penelitian aktivitas siswa dapat
dijabarkan pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Penilaian Kegiatan
Siswa
No
|
Nama Siswa
|
Aspek Observasi
|
Keterangan
|
||
Keaktifan
|
Ketelitian
|
Tanggung
Jawab
|
|||
1
|
Ajirna Manik
|
B
|
K
|
C
|
|
2
|
Al Ajimi
|
K
|
K
|
C
|
|
3
|
Alayya
|
C
|
K
|
C
|
B = Baik
|
4
|
Al Wija
|
B
|
C
|
B
|
|
5
|
Dian Irsyandi
|
B
|
B
|
K
|
C = Cukup
|
6
|
Fahmiansyah
|
K
|
K
|
C
|
|
7
|
Fatmawati
|
B
|
K
|
K
|
K = Kurang
|
8
|
Gustiani
|
K
|
C
|
K
|
|
9
|
Hildayanti
|
K
|
B
|
C
|
|
10
|
Khairuna
|
K
|
K
|
C
|
|
11
|
M. Akbar
|
B
|
B
|
B
|
|
12
|
Nuraini
|
B
|
C
|
B
|
|
13
|
Riza Syukran
|
C
|
K
|
K
|
|
14
|
Rohana
|
B
|
C
|
K
|
|
15
|
Safrianti
|
K
|
K
|
C
|
|
16
|
Sahidul Arfani
|
B
|
C
|
B
|
|
17
|
Yeni Sarnija
|
C
|
K
|
B
|
|
18
|
Yusrina
Adewati
|
B
|
K
|
C
|
|
Jumlah B
|
9
|
3
|
5
|
||
Jumlah K
|
6
|
10
|
5
|
||
Jumlah C
|
3
|
5
|
8
|
Sumber : Hasil
penelitian lapangan ( 2012
)
Berdasarkan tabel di
atas, pada siklus I aktivitas siswa pada tahap proses pembelajaran berlangsung
masih belum terlalu baik, hal tersebut dapat terlihat dari prosentase keaktifan
siswa yang hanya mencapai 50% yang tergolong baik, hanya 9 dari 18 siswa yang
aktif menyumbangkan pendapat dan sering mengajukan pertanyaan. Sedangkan yang
lainnya masih terbilang kurang atau bisa dikatakan hanya menjadi pendengar
saja.
-
Analisis
dan Refleksi
1.
Analisis
Dari hasil pangamatan
terhadap penerapan metode demonstrasi pada siklus I, strategi guru dalam
penggunaan metode pembelajaran belum sepenuhnya berorientasi pada konsep
penggambaran yang benar. Ketika siswa melakukan percobaan, guru sering
memberikan penjelasan yang mengarah pada pemberitahuan konsep yang seharusnya
dicari sendiri oleh siswa, sehingga guru terlihat lebih mendominasi dan lebih
aktif dalam proses pembelajaran.
2.
Refleksi
Pertama, dalam proses
pembelajaran guru belum sepenuhnya mengacu pada RPP yang telah dibuat sehingga
masih terdapat poin-poin kegiatan yang tidak dilaksanakan sesuai perencaan.
Kedua, Penerapan metode
demonstrasi dalam proses pembelajaran Matematika pada pokok bahasan simetri
lipat belum dilaksanakan secara maksimal sesuai dengan perencanaan. Dalam
proses pembelajaran guru masih memanjakan siswa dengan penjelasan materi yang
seharusnya ditemukan sendiri oleh siswa.
Ketiga, siswa terlihat
antusias dan sangat bersemangat dalam belajar, artinya pembelajaran sudah mulai
berpusat kepada siswa, namun dalam kondisi tersebut masih banyak siswa yang
tidak mengerti makna pembelajaran yang
sedang berlangsung.
Keempat, guru masih
dihadapkan pada masalah koordinasi antara kelompok agar mereka saling
bekerjasama karna siswa selalu berebut menggunakan alat peraga dalam pelaksaan
demonstrasi.
Kelima, proses
pembelajaran lebih interaktif dibandingkan sebelum menggunakn metode
demonstrasi. Guru dan siswa mulai aktif
berkomunikasi multi arah mengemukakan pendapat dan pertanyaan mengenai
materi pelajaran.
Berdasarkan refleksi
dari kegiatan pada siklus I masih banyak kekurangan serta kelemahan yang
terjadi saat proses pembelajaran berlangsung, maka dari itu harus dibuat
perencaan kegiatan berikutnya pada siklus II. Perencanaan diantaranya adalah
perbaikan rencana pelaksanaan pembelajarn yang lebih rinci dan berfokus pada
siswa dengan menyusun kegiatan yang lebih bermakna pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
B.
Siklus
II
- Perencanaan
Pada siklus II
perencanaan ulang dibuat setelah melakukan analisis dan refleksi terhadap
siklus I. Pada siklus II perencanaan dibuat dengan mengoptimalkan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran. Pokok bahasan dalam siklus II ini adalah mengenai
macam – macam bangun datar yang memiliki simetri lipat. Perencanaan dimulai
dengan membuat RPP yang lebih matang, kemudian dikonsultasikan dengan teman
sejawat. Kemudian guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
Perencanaan juga
dilengkapi dengan pembuatan LKS, lembar observasi guru dan siswa serta alat
penilaian akhir.
Tabel
3.6
Rincian
Pembagian Waktu Pembelajaran Matematika
No
|
Jenis Kegiatan
|
Waktu
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
|
Kegiatan Awal
Kegiatan inti
a.Menjelaskan
Langkah Kegiatan b.Melakukan Percobaan
c.Mengerjakan
LKS
d.Melakukan
Tanya Jawab
Kegiatan Akhir
|
5 Menit
50 Menit
15 Menit
|
7,15
71,42
21,43
|
Jumlah
|
70 Menit
|
100
|
Sumber : Hasil
penelitian lapangan ( 2012
)
-
Observasi
1.
Kegiatan Awal
Guru mengadakan
apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan simetri lipat yang
sudah siswa ketahui sebelumnya.
Setelah tanya jawab
tentang materi yang dibahas minggu sebelumnya, guru menghubungkannya dengan
materi yang sudah dibahas.
2.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti dimulai
dengan menyuruh siswa kembali berkumpul dengan masing-masing kelompoknya.
Selanjutnya guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok. Siswa juga disuruh
mengambil benda-benda yang dibutuhkan untuk kegiatan demonstrasi. Guru
menjelaskan langkah-langkah yang harus dikerjakan dengan susunan yang sesuai.
Siswa aktif bekerja dengan masing-masing kelompoknya.
Pada saat siswa
melakukan demonstrasi sendiri, guru mengisi formulir observasi aktivitas siswa
untuk menilai proses kerja siswa dengan berkeliling ke setiap kelompok. Hal
tersebut dapat pula meningkatkan motivasi siswa.
Soal-soal dalam LKS
pada siklus II berupa pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan daya nalar siswa. Untuk
menemukan konsep jawaban siswa harus mengumpulkan informasi dari hipotesis yang
menjadi jawaban sementara. Siswa dengan teliti mencari tahu dan menemukan bagun
datar apa saja yang memiliki simetri lipat.
3.
Kegiatan Akhir
Setelah kegiatan ini
selesai, guru menyuruh siswa melaporkan hasil percobaan secara bergilir. Pada
kegiatan akhir kali ini guru memilih siswa terbaik dalam mengemukakan pendapat
serta penyampaian laporan.
Di akhir pembelajaran
guru dan siswa merumuskan kesimpulan yang berasal dari tanya jawab sebelumnya.
Kemudian guru memberikan soal-soal latihan untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa.
Hasil observasi
terhadap penampilan guru dalam proses pembelajaran pada siklus II ini dapat
terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.7
Hasil Pengamatan terhadap Guru pada
Siklus II
Segi
Tingkah Laku yang Diamati
|
Hasil
Pengamatan
|
Keterangan
|
||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||
1. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
|
ü
|
|||
2. Menyiapkan
alat-alat yang diperlukan
|
ü
|
|||
3. Menggunakan
metode inkuiri dalam proses
pembelajaran
|
ü
|
|||
4. Menggunakan
alat peraga dalam pembelajaran
|
ü
|
|||
5. Menjelaskan
langkah-langkah tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
|
ü
|
|||
6.
Memberi kesempatan pada siswa untuk
melakukan inkuiri melalui eksperiman
|
ü
|
|||
7. Membimbing
kelompok/ individual
|
ü
|
|||
8. Memberi
pertanyaan yang mengarah pada pemecahan masalah
|
ü
|
|||
9. Memberikan
penguatan pada siswa
|
ü
|
|||
10. Membimbing
siswa membuat kesimpulan tentang materi yang diajarkan
|
ü
|
Sumber : Hasil
penelitian lapangan ( 2012
)
Berdasarkan tabel di atas, aktivitas guru dalam penerapan
metode demonstrasi sudah sangat baik dan sesuai dengan langkah-langkah yang
direncanakan.
Selain
aktivitas guru, yang menjadi sasaran penelitian adalah hasil belajar siswa.
Pada siklus II ini hasil belajar siswa menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel
3.8
Nilai
Hasil Belajar Siswa Siklus II
No
|
Nama
|
Nilai
|
No
|
Nama
|
Nilai
|
1
|
Ajirna
Manik
|
100
|
10
|
Khairuna
|
65
|
2
|
Al Ajimi
|
65
|
11
|
M.
Akbar
|
100
|
3
|
Alayya
|
80
|
12
|
Nuraini
|
90
|
4
|
Al Wija
|
100
|
13
|
Riza
Syukran
|
80
|
5
|
Dian
Irsyandi
|
90
|
14
|
Rohana
|
90
|
6
|
Fahmiansyah
|
60
|
15
|
Safrianti
|
60
|
7
|
Fatmawati
|
85
|
16
|
Sahidul
Arfani
|
100
|
8
|
Gustiani
|
75
|
17
|
Yeni
Sarnija
|
75
|
9
|
Hilda
Yanti
|
80
|
18
|
Yusrina
Adewati
|
80
|
Jumlah
|
1.475
|
||||
Rata-rata
|
81,94
|
Sumber
: Hasil penelitian lapangan ( 2012
)
Dari tabel daftar nilai
tes pada siklus II diatas dapat terlihat adanya peningkatan yang cukup
signifikan. Siswa yang dianggap berhasil memperoleh nilai > 70 sebanyak 14
orang dengan prosentase 77,78%, sedangkan hanya 4 orang yang mendapat nilai
dibawah < 70 dengan prosentase 22,22%. Nilai rata-rata yang diperoleh dari
siklus II adalah 81,94.
Hasil
belajar yang baik yang tergambar pada siklus II adalah hasil respon siswa
terhadap metode demonstrasi yang diterapkan khususnya pada mata pelajaran Matematika
pokok bahasan simetri lipat. Respon baik siswa terhadap pembelajaran pada
siklus II dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut :
Tabel 3.9
Penilaian
Kegiatan Siswa
No
|
Nama Siswa
|
Aspek Observasi
|
Keterangan
|
||
Keaktifan
|
Ketelitian
|
Tanggung
Jawab
|
|||
1
|
Ajirna
Manik
|
B
|
B
|
B
|
|
2
|
Al
Ajimi
|
B
|
B
|
B
|
|
3
|
Alayya
|
C
|
B
|
B
|
B = Baik
|
4
|
Al
Wija
|
B
|
B
|
B
|
|
5
|
Dian
Irsyandi
|
B
|
B
|
B
|
C = Cukup
|
6
|
Fahmiansyah
|
B
|
C
|
C
|
|
7
|
Fatmawati
|
B
|
B
|
B
|
K = Kurang
|
8
|
Gustiani
|
C
|
C
|
B
|
|
9
|
Hilda
Yanti
|
B
|
B
|
C
|
|
10
|
Khairuna
|
C
|
C
|
B
|
|
11
|
M.
Akbar
|
B
|
B
|
B
|
|
12
|
Nuraini
|
B
|
B
|
B
|
|
13
|
Riza
Syukran
|
B
|
C
|
B
|
|
14
|
Rohana
|
B
|
B
|
B
|
|
15
|
Safrianti
|
C
|
C
|
C
|
|
16
|
Sahidul
Arfani
|
B
|
B
|
B
|
|
17
|
Yeni
Sarnija
|
C
|
C
|
B
|
|
18
|
Yusrina
Adewati
|
C
|
B
|
B
|
|
Jumlah B
|
12
|
12
|
15
|
||
Jumlah C
|
6
|
6
|
3
|
||
Jumlah K
|
-
|
-
|
Sumber
: Hasil penelitian lapangan ( 2012
)
Dengan menyimak data
dari tabel di atas, pada siklus ke II tingkat keaktifan siswa meningkat
dibanding siklus sebelumnya. Pada siklus ke II, siswa yang aktif dalam proses
belajar mencapai 66,67%, hal tersebut menunjukkan tingkat keaktifan siswa
meningkat tajam.
-
Analisis
dan Refleksi
1.
Analisis
Pada siklus ke II
terlihat banyak peningkatan hasil belajar. Hal tersebut dapat terlihat dari
perolehan nilai postest baik individu maupun rata-rata kelas yang cukup
memuaskan. Hal tersebut menunjukkan kinerja guru dalam proses pembelajaran
sudah cukup baik. Selain itu proses proses pembelajaran di kelas sudah mulai
terlihat kondusif. Siswa pun sangat bersemangat mengikuti pelajaran. Mereka aktif
melakukan percobaan mencari dan menemukan sendiri konsep dalam simetri lipat
pada pelajaran Matematika.
2.
Refleksi
Pada siklus II ini
terlihat banyak sekali peningkatan hasil belajar. Keaktifan siswa serta kinerja
guru dalam mengajarpun mengalami perubahan yang positif. Hal ini menunjukkan
bahwa penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran Matematika khususnya pokok
bahasan simetri lipat sangat efisien dan efektif guna meningkatkan hasil
belajar siswa.
Dari data yang
dihasilkan pada siklus II diperoleh temuan-temuan sebagai berikut:
1. Metode
demonstrasi dapat diterapkan pada pembelajaran Matematika pokok bahasan simetri
lipat dengan alur kegiatan yang berpusat pada siswa.
2. Penerapan
metode demonstrasi dalam proses pembelajaran Matematika pada pokok bahasan simetri
lipat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Dengan bimbingan guru siswa
melakukan penemuan sendiri konsep simetri lipat pada bangun datar.
3. Siswa
terlihat menyukai metode pembelajaran demonstrasi yang mendorong mereka aktif
mencari dan menemukan konsep materi pelajaran dengan melakukan
percobaan-percobaan.
4. Munculnya
rasa kebersamaan dan kekeluargaan dalam proses pembelajaran.
5. Dengan
metode yang variatif hasil yang dicapai lebih maksimal dari nilai yang
diperoleh siswa menunjukkan adanya perubahan makna pembelajaran dari hanya
sekedar mendengarkan, menghafal, dan mengerjakan soal-soal menjadi proses
pembelajaran yang lebih bermakna yang akan melekat lebih lama pada diri siswa.
Instrumen penelitian
juga dilengkapi dengan melakukan wawancara terhadap siswa dan guru guna melihat
seberapa besar respon mereka terhadap penerapan metode pembelajaran demonstrasi
yang dilakukan di kelas IV
SD pada pokok bahasan simetri lipat. Hasil wawancara yang dilakukan pada siswa
setelah pembelajaran menggunakan metode demonstrasi menunjukkan respon positif.
Menurut siswa yang menjadi responden, melakukan eksperimen dalam kegiatan
pembelajaran adahalah yang menyenangkan. Bereksperimen dalam melakukan demonstrasi
mudah tapi harus di kerjakan dengan sungguh-sungguh.
Wawancara juga
dilakukan terhadap guru kelas IV
hasil wawancara terlihat adanya kepuasan mengajar menggunakan metode
demonstrasi. Siswa memang seharusnya terbiasa melakukan percobaan sendiri untuk
menemukan konsep ilmu pengetahuan terutama dalam mata pelajaran Matematika.
3.2.
Pembahasan
dan Temuan penelitian
Berdasarkan data dari
tabel di atas terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.
Perolehan nilai dari pra siklus adalah 54,72 ini menunjukkan bahwa prestasi
hasil belajar siswa sebelum menggunakan metode demonstrasi dapat dikategorikan
rendah atau kurang karena berada dibawah rata-rata nilai KKM.
Dengan perencanaan
serta tindakan yang dirancang sedemikian rupa pada siklus I hasil belajar yang
diperoleh cukup baik melebihi batas nilai KKM dengan nilai rata-rata kelas 60,55
hasil belajar tersebut terus ditingkatkan dengan memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang ada pada saat tindakan dilakukan melalui refleksi.
Hasil yang diperoleh pada siklus II cukup memuaskan dengan nilai rata-rata
81,94. Maka dapat disimpukan bahwa dengan penerapan metode belajar yang
variatif, efektif dan efisien pembelajarn Matematika di SD dapat mencapai nilai
yang memuaskan. Penerapan metode demonstrasi dianggap sangat efisien dalam
pembelajaran Matematika khususnya pokok bahasan simetri lipat.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan selama kurang lebih 2 bulan dengan menggunakan 2
siklus PTK sehubungan dengan penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran
Matematika di SD pokok bahasan simetri lipat, dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Sebelum
menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika di SD, hasil
belajar yang diperoleh siswa kurang baik, masih dibawah rata-rata KKM. Hal
tersebut disebabkan karena guru hanya menggunakan metode ceramah yang hanya
menerangkan materi, kemudian siswa diperintahkan untuk menghafal catatan yang
diberikan oleh guru tanpa adanya interaksi ataupun percobaan untuk mencari
sendiri konsep-konsep tentang ilmu Matematika yang akan membuat siswa lebih
termotivasi dan pembelajaran lebih bermakna.
2. Proses
pembelajaran Matematika ketika menggunakan metode demonstrasi lebih menunjukkan
suasana belajar yang kondusif. Hal tersebut dapat terlihat pada aktivitas atau
kegiatan pembelajaran yang lebih terfokus pada siswa dalam mencari
konsep-konsep materi, sehingga mereka lebih aktif dalam belajar. Dalam kondisi
ini guru berperan sebagai pembimbing, fasilitator serta motivator saja. Guru
membimbing siswa dalam mencari dan menyimpulkan materi.
3. Hasil
belajar siswa setelah menggunakan metode demonstrasi mengalami kemajuan serta
meningkat cukup baik. Khususnya pada pokok bahasan cahaya, siswa lebih
termotivasi untuk belajar lebih baik dan aktif serta komunikatif baik dengan
guru maupun teman sendiri.
4. Tanggapan
siswa terhadap penerapan metode demonstrasi cukup baik. Mereka menjadi
termotivasi melakukan percobaan untuk menemukan konsep-konsep ilmu pengetahuan
sehingga bermanfaat bagi mereka guna meningkatkan daya kreatifitas dalam
meningkatkan gagasan dan ide-ide baru dalam konteks lebih luas.
4.2. Saran
Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah
mengguanakan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika di SD pada pokok
bahasan cahaya cukup baik. Oleh karena itu metode tersebut dirasakan sangat
efektif bagi guru dalam meningkatkan tingkat profesionalismenya dalam bekerja.
Saran dari penelitian ini diantaranya:
1. Bagi
guru yang ingin mengguanakan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran harus
mampu mencerna latar belakang kemampuan intelektual siswa dan kondisi sekolah.
2. Guru
harus mampu mengkoordinir dan mengefektifkan alat-alat sebagai media
pembelajaran yang diperlukan dalam proses percobaan atau eksperimen.
3. Guru
harus membuat rencana pembelajaran dengan memberikan pengalaman belajar
langsung pada siswa melalui percobaan.
4. Guru
harus mampu mengatur waktu seefisien mungkin pada saat demonstrasi dilakukan,
sehingga siswa tidak banyak membuang waktu untuk hal-hal yang tidak berhubungan
dengan pembelajaran.
5. Dengan
adanya penelitian ini diharapkan dapat memacu tenaga pendidik untuk lebih
kreatif dan inovatif dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga hasil
belajar siswa akan lebih baik. Penelitian dapat digunakan pada waktu dan tempat
yang berbeda demi memaksimalkan hasil penelitian.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi,
Abu. (1997). Strategi Belajar Mengajar.
Bandung : Pustaka Setia.
Ali, M.
(2004). Guru dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Awangga,
S. (2007). Proposal Penelitian.Yogyakarta
: Pyramid Publisher.
Daryanto.
(1997). Kamus Bahasa Indonesia Lengkap.Surabaya
: PT. Apollo.
Dimyati
dan Mudjiono. (1992). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Proyek
Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga
Kependidikan Depdikbud.
Gulo,
W. (2002). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana.
Hamalik,
Oemar (2005). Proses Belajar Mengajar.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Hatimah,
at al (2007). Penelitian Pendidikan.
Bandung : UPI Press
Kasbolah,
K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaaan, Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah, Bagian
Proyek Penataran Guru SLTP Setara D
III.
Koes
H, Supriyono. (2003). Strategi
Pembelajaran Fisika. Bandung : JICA
Mudjito.(1998).
Manajemen Sekolah Dasar. Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Mulyasa,
E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Konsep, Karakteristik dan
Implementasi.Bandung
: PT. Remaja Rosda Karya.
Nasution,
N.et.al. (2005). Pendidikan IPA di SD.
Jakarta : Universitas Terbuka.
. (2007) Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Pusat
Kurikulum-Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas. (2006).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran IPA di SD.
Jakarta :
Depdikbud.
Sujana,
N. Dkk. (2004). Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. Bandung : Sinar Baru
Agensindo.
Sumantri,
M.dan Syaodih, N (2006/2007). Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Surya, M. (1992). Psikologi Pendidikan. Bandung : CV. Idola Of Indonesia.
Suryosubroto,
B.(1996). Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Syaodih,
N. (2004). Perencanaan Pengajaran. Jakarta
: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Rineka Cipta.
UPI.(2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Press.
Usman,
Uzer. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan
Belajar Mengajar. Bandung :
PT.Remaja Rosda Karya.
. (2000). Menjadi Guru Profesional. (edisi kedua). Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya.
Wahyudin, D, dkk. (2008). Pengantar Pendidikan.Jakarta :
Universitas Terbuka.
Wardhani,
I et al. (2007). Penelitian Tindakan
Kelas. (edisi kesatu). Jakarta:
Universitas Terbuka.
Winatraputra,
S Udin.dkk. (2007). Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Lampiran
1
Soal Tes Awal
Petunjuk
Pengerjaan Soal !
1. Tulislah
identitas ( nama, kelas, dan mata pelajaran ) dengan lengkap
2. Jawablah
soal dengan benar.
No
|
Bangun Datar
|
Banyak Simetri Lipat
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
|
Lampiran
2
Kunci
Jawaban Tes Awal
1. 1
simetri lipat
2. 0
/ tidak ada
3. 1
simetri lipat
4. 1
simetri lipat
5. 1
simetri lipat
6. 6
simetri lipat
7. 0/
tidak ada
8. Tak
terhingga
Lampiran
3
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
Sekolah
: SD Negeri 2 Subussalam
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV
(Empat)/I (Satu)
Alokasi
Waktu : 2x35 Menit
A.
Standar
Kompetensi
Memahami sifat –
sifat bangun dan hubungan antar bangun
B.
Kompetensi
Dasar
Menyelidiki
sifat – sifat kesebangunan dan simetri
C.
Tujuan
Pembelajaran
·
Siswa dapat mengenal berbagai
bangun datar
·
Siswa dapat menentukan
simetri lipat setiap bangun datar
D.
Indikator
·
Mengenal berbagai
bangun datar
·
Menentukan simetri
lipat setiap bangun datar
E.
Materi
Ajar
Simetri Lipat
F.
Metode
Pembelajaran
Tanya jawab dan latihan
G.
Langkah
– Langkah Pembelajaran
No
|
Kegiatan
|
Waktu
|
Siswa
|
1.
|
Kegiatan Awal
·
Apersepsi
|
10 Menit
|
Klasikal
|
2.
|
Kegiatan Inti
·
Menjelaskan berbagai
macam bangun datar
·
Menjelaskan simetri
lipat
|
40 Menit
|
Individu
|
3.
|
Kegiatan Akhir
·
Kesimpulan
·
Latihan/PR/Tugas
|
20 Menit
|
Individu
|
H.
Alat
dan Sumber
·
Buku Matematika SD Kls
V
·
HVS untuk bangun datar
I. Penilaian
Tes tertulis ( LKS )
terlampir
Subulussalam, 13 Juli 2012
Mengetahui Guru
Kelas
Kepala
Sekolah
YURDANELLY
Nip : 196212041983092001
Lampiran
4
Soal Tindakan
Petunjuk
Pengerjaan Soal !
3. Tulislah
identitas ( nama, kelas, dan mata pelajaran ) dengan lengkap
4. Jawablah
soal dengan benar.
No
|
Bangun Datar
|
Banyak Simetri Lipat
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
|
Lampiran
5
Kunci
Jawaban Tindakan
1
simetri lipat
2
tidak ada
3
1imetri lipat
4
1imetri lipat
5
1imetri lipat
6
6 imetri lipat
7
0/ tidak ada
8 Tak terhingga
Lampiran
6
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
Sekolah
: SD Negeri 2 Subussalam
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV
(Empat)/I(satu)
Alokasi
Waktu : 2x35 Menit
J.
Standar
Kompetensi
Memahami sifat –
sifat bangun dan hubungan antar bangun
K.
Kompetensi
Dasar
Menyelidiki
sifat – sifat kesebangunan dan simetri
L.
Tujuan
Pembelajaran
·
Siswa dapat mengenal
berbagai bangun datar
·
Siswa dapat menentukan
simetri lipat setiap bangun datar
M.
Indikator
·
Mengenal berbagai
bangun datar
·
Menentukan simetri
lipat setiap bangun datar
N.
Materi
Ajar
Simetri Lipat
O.
Metode
Pembelajaran
Tanya jawab dan latihan
P.
Langkah
– Langkah Pembelajaran
No
|
Kegiatan
|
Waktu
|
Siswa
|
1.
|
Kegiatan Awal
·
Apersepsi
|
10 Menit
|
Klasikal
|
2.
|
Kegiatan Inti
·
Menjelaskan berbagai
macam bangun datar
·
Menjelaskan simetri lipat
|
40 Menit
|
Individu
|
3.
|
Kegiatan Akhir
·
Kesimpulan
·
Latihan/PR/Tugas
|
20 Menit
|
Individu
|
Q.
Alat
dan Sumber
·
Buku Matematika SD Kls IV
·
HVS untuk bangun datar
R. Penilaian
Tes tertulis ( LKS )
terlampir
Subulussalam, 13 Juli 2012
Mengetahui Guru
Kelas
Kepala
Sekolah
Meurah Cut YURDANELLY
Nip : 196212041983092001
Lampiran 7
Tabel 3.7
Hasil Pengamatan terhadap Guru pada
Siklus II
Segi
Tingkah Laku yang Diamati
|
Hasil
Pengamatan
|
Keterangan
|
||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||
66 Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
|
ü
|
|||
67
Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
|
ü
|
|||
68 Menggunakan
metode inkuiri dalam proses
pembelajaran
|
ü
|
|||
69 Menggunakan
alat peraga dalam pembelajaran
|
ü
|
|||
70 Menjelaskan
langkah-langkah tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
|
ü
|
|||
71 Memberi
kesempatan pada siswa untuk melakukan inkuiri melalui eksperiman
|
ü
|
|||
72 Membimbing
kelompok/ individual
|
ü
|
|||
73 Memberi
pertanyaan yang mengarah pada pemecahan masalah
|
ü
|
|||
74 Memberikan
penguatan pada siswa
|
ü
|
|||
75
Membimbing siswa membuat kesimpulan tentang
materi yang diajarkan
|
ü
|
Sumber : Hasil
penelitian lapangan ( 2012
)
Pengamat Guru
Kelas
DANIK WIDARUM YURDANELLY
Lampiran
8
Lembar
Observasi Siswa
Aspek yang di
nilai
|
Skor
|
Kategori
|
|||
a. Siswa
memberi respon positif terhadap materi yang disampaikan
|
|||||
b. Siswa
mengungkapkan pendapatnya
|
|||||
c. Siswa
aktif dalam kegiatan belajar mengajar
|
|||||
d. Siswa
menanyakan hal yang belum dipahami
|
|||||
Jumlah
|
Peneliti
YURDANELLY
Lampiran 9
Pedoman Wawancara
Tindakan
No
|
Pilihan
|
Pilihan
|
%
|
1.
|
Apakah kamu
menyenangi pelajaran Matematika
|
a. Ya
b. Biasa-Biasa saja
c. Tidak
|
90
%
7
%
3
%
|
2.
|
Apakah
menurutmu pelajaran Matematika itu mudah ?
|
a. Ya
b. Biasa-biasa saja
c. Tidak
|
90
%
7
%
3
%
|
3.
|
Apakah
materi simetri lipat dapat dimengerti ?
|
a. Ya
b. Biasa-Biasa Saja
c. Tidak
|
90
%
7
%
3
%
|
4.
|
Apakah
waktu yang diberikan cukup untuk menyelesaikan tugas dari guru?
|
a. Ya
b. Biasa-Biasa Saja
c. Tidak
|
90
%
7
%
3
%
|
Peneliti
YURDANELLY
Lampiran
10
BIODATA PENELITI
A.
IDENTITAS
PRIBADI
1. Nama : Yurdanelly
2. Tempat,
Tanggal Lahir : Blangkejeren,
4 Desember 1962
3. Jenis
Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : PNS
5. Nip :
196212041983092001
6. Agama : Islam
7. Kebangsaan/Suku : Indonesia/Padang
8. Alamat : Kota Subulussalam
9. Nama
Orang Tua
a. Nama
Ayah : Thamrin
B ( Alm)
b. Pekerjaan : -
c. Nama
Ibu : Sartinah
Hilda
d. Pekerjaan : Rumah
Tangga
e. Alamat : Kota Blangkejeren
B.
RIWAYAT PENDIDIKAN
No
|
Nama Instansi
|
Kota/Daerah
|
Tahun Lulus
|
1.
|
SDN 2 Blangkejeren
|
Blangkejeren
|
1973
|
2.
|
SMP Blangkejeren
|
Blangkejeren
|
1979
|
3.
|
SPG Kota Cane
|
Kotacane
|
1982
|
0 komentar:
Post a Comment